Laman

Jumat, 15 Juli 2016

Makalah Kognitif Pada Masa Kanak-Kanak (Perkembangan Peserta Didik2)



MAKALAH
PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA KANAK-KANAK 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan aspek yang tidak pernah lepas dari tahap-tahap kehidupan. Mulai dari masa awal kelahiran manusia hingga dirinya mampu menjadi manusia seutuhnya yang mampu berkiprah dalam dunia masyarakat yang sesungguhnya.
Pertumbuhan adalah tahapan kehidupan manusia ditinjau dari aspek fisik. Sedangkan perkembangan adalah tahap-tahap menuju kedewasaan yang terdiri dari berbagai macam tinjauan, diantaranya adalah perkembangan kognitif, afektif ( sosial-emosional ), dan psikomotor.
Masa bayi, balita, anak-anak, remaja, dan dewasa, diantara kelimanya masa meniru secara identik terjadi pada masa kanak-anak dan remaja. Namun, pada masa remaja individu sudah dapat dikatakan mampu dalam memilah dan memilih pergaulan mereka. Sedangkan pada masa kanak-anak, mereka hanya mampu meniru tanpa mencernanya. Sehingga aspek kognitif yaitu pengetahuan, sangat diperlukan bagi anak-anak untuk perkembangan mereka. Agar anak-anak paling tidak bisa mengerti mana perilaku yang baik yang dapat mereka tirukan, dan mengerti mana perilaku kurang baik yang sebaiknya harus dijauhi dari masing-masing agen / media sosilaisasi.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak ?
1.2.2        Apa saja aspek-aspek yang mendasari perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak ?
1.2.3        Bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif ditinjau dari berbagai aspek ?
1.2.4        Apakah dampak dari ketidakmatangan perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak?


1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1     Memahami makna dari perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak
1.3.2     Mengetahui aspek-aspek yang mendasari perkembangan kognitif pada masa  kanak-kanak
1.3.3         Memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak
1.3.4       Mengerti dampak dari ketidakmatangan perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Perkembangan Kognitif
Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif ( E.B. Harlock ). Dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara indi i sebelumnya ( Kasiram, 1983 : 23). Sedangkan pengertian kognitif adalah pengertian vidu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif ( dapat diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut.
Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dar yang luas mengenai berpikir dan mengamati.
            Jadi, perkembangan kognitif adalah Proses perubahan individu dalam hal berfikir dan mengamati sesuatu hal sehingga muncul sifat-sifat baru yang berbeda dari sebelumnya.

2.2  Perkembangan Kognitif pada masa kanak-kanak
            Jean Piaget menggambarkan masa kanak-kanak awal sebagai tahap praoperasional (preoperational stage) yaitu, tahap utama kedua dalam perkembangan kognitif Piaget dimana seorang anak menjadi lebih canggih dalam menggunakan pemikiran simbolis tetapi masih belum dapat menggunakan logika. Tahap praoperasional berlangsung pada usia sekitar 2-7 tahun, ditandai oleh ekspansi besar dalam pemikiran-pemikiran simbolis, atau kemampuan representasi yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotorik (tahap pertama dalam perkembangan kognitif).


2.3  Aspek-Aspek Perkembangan Kognitif antara lain sebagai berikut :
2.3.1  Persepsi
            Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah:
a) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera,
b) Kesadaran dari proses-proses organis,
c) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu,
d) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang,
e) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2006:358).
2.3.2  Ingatan
                        Ingatan adalah saat mempertahankan dan menggambarkan pengalaman masa lalunya dan menggunakan hal tersebut sebagai sumber informasi saat ini manusia.
2.3.3  Pikiran
Pikiran adalah fenomen yang terjadi dalam proses kimiawi otak secara fisik tanpa otak, tidak ada pikiran dan kesadaran. Akan tetapi, persepsi spiritual Timur berbeda.
2.3.4  Simbol
Simbol berarti abstraksi atau representasi dari suatu hal yang konkrit.
2.3.5  Penalaran
Penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran. Secara sederhana penalaran dapat diartikan sebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya.
  2.3.6 Pemecahan masalah
Pemecahan masalah adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari situasi yang tidak rutin

2.4 Tahap-tahap Perkembangan ditinjau dari beberapa Aspek
2.4.1 Aspek Bahasa
Perkembangan bahasa di tingkat pemula ( bayi) dapat dianggap semacam persiapan berbicara.
a. Pada bulan-bulan pertama, bayi hanya pandai menangis. Dalam hal ini tangisan bayi dianggap sebagai pernyataan rasa tidak senang.
b. Kemudian ia menangis dengan cara yang berbeda-beda menurut maksud yang hendak dinyatakannya.
c. Selanjutnya ia mengeluarkan bunyi ( suara-suara ) yang banyak ragamnya. tetapi bunyi-bunyi itu belum mempunyai arti , hanya untuk melatih pernapasan saja.
d. Menjelang usia pertengahan di tahu pertama, ia meniru suara-suara yang didengarkannya, kemudian mengulangi suara tersebut, tetapi bukan  karna dia sudah mengerti apa yang dikatakan kepadanya.
    Ada dua alasan mengapa bayi belum pandai berbicara: pertama, alat-alat bicaranya belum sempurna. Kedua, untuk dapat berbicara, ia memerlukan kemampuan berpikir yang belum dimiliki oleh anak bayi. Kemampuan berbicara dapat dikembangkan melalui belajar dan berkomunikasi dengan orang lain secara timbal balik.
    ­­­­­Ditingkat pemula ( bayi ) tidak ada perbedaan perkembangan bahasa antara anak yang tuli dengan anak yang biasa. Anak tuli juga menyatakan perasaan tak senang dengan cara menangis. sedangkan rasa senangnya dinyatakan dengan berbagai macam suara raban, tetapi tingkat perkembangan bahasa yang selanjutnya tidak dialami olehnya. Ia tidak mampu mengulangi suara-suara rabannya dan suara orang lain. Jika ia nanti sudah besar, ia akan menjadi bisu.
Pada mulanya motif anak mempelajari bahasa adalah agar dapat memenuhi:
  1. keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, diri sendiri, dan kawan-kawannya ini terlihat pada anak usia 2 setengah – 3 tahun.
  2. Memberi perintah dan menyatakan kemauannya.
  3. Pergaulan sosial dengan orang lain.
  4. Menyatakan pendapat dan ide-idenya.

Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William Stern, ilmuan bangsa Jerman, dibagi dalam empat masa, yaitu:.

1.      Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan
            Dalam masa pertama ini seorang anak mulai mengeluarkan suara-suara raban yakni permainan dengan tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut. Selain itu di masa ini seorang anak sudah dapat menirukan suara-suara walaupun tidak begitu sama persis dengan bunyi aslinya. Di masa ini juga mulai terbentuknya satu kata. Anak sudah mulai bisa mengucapkan kata seperti “ibu” dan lainnya.

2.      Masa memberi satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun
Dalam masa kedua ini terjadi masa apa itu, masa dimana mulai timbul suatu dorongan dalam diri seorang anak untuk mengetahui banyak hal. Inilah yang menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini? apa itu? siapa ini? dan lainnya. Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai meningkat. Dulu yang hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga kata hingga lebih sempurna.

3.      Masa kalimat tunggal: dua tahun s.d setengah tahun.
            Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan lebih baik dan sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta menggunakan awalan dan akhiran pada kata. Namun tak jarang anak membuat kata-kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan caranya sendiri.

4.      Masa kalimat majemuk : dua tahun enam bulan dan seterusnya.
            Di tahap ini seorang anak sudah dapat mengucapkan kalimat yang lebih panjang dan sempurna,baik berupa kalimat majemuk dan berupa pertanyaan, sehingga susunan bahasanya terdengar lebih sempurna.

2.4.2 Perkembangan Agama
1) Perkembangan Jiwa Beragama
Dalam rentang kehidupan terdapat beberapa tahap perkembangan. Menurut Kohnstamm, tahap perkembangan kehidupan manusia dibagi menjadi lima periode, yaitu:
1. Umur 0 – 3 tahun, periode vital atau menyusuli.
2. Umur 3 – 6 tahun, periode estetis atau masa mencoba dan masa bermain.
3. Umur 6 – 12 tahun, periode intelektual (masa sekolah)
4. Umur 12 – 21 tahun, periode social atau masa pemuda.
    5. Umur 21 tahun keatas, periode dewasa atau masa kematangan fisik dan psikis seseorang.
Elizabeth B. Hurlock merumuskan tahap perkembangan manusia secara lebih lengkap sebagai berikut:
1. Masa Pranatal, saat terjadinya konsepsi sampai lahir.
2. Masa Neonatus, saat kelahiran sampai akhir minggu kedua.
3. Masa Bayi, akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.
4. Masa Kanak- Kanak awal, umur 2 – 6 tahun.
5. Masa Kanak- Kanak akhir, umur 6 – 10 atau 11 tahun.
6. Masa Pubertas (pra adolesence), umur 11 – 13 tahun
7. Masa Remaja Awal, umur 13 – 17 tahun. Masa remaja akhir 17 – 21 tahun.
8. Masa Dewasa Awal, umur 21 – 40 tahun.
9. Masa Setengah Baya, umur 40 – 60 tahun.
10. Masa Tua, umur 60 tahun keatas.
2) Agama Pada Masa Anak- Anak
Sebagaimana dijelaskan diatas, yang dimaksud dengan masa anak- anak adalah sebelum berumur 12 tahun. Jika mengikuti periodesasi yang dirumuskan Elizabeth B. Hurlock, dalam masa ini terdiri dari tiga tahapan:
1. 0 – 2 tahun (masa vital)
2. 2 – 6 tahun (masa kanak- kanak)
3. 6 – 12 tahun (masa sekolah)
Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh. Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian terhadap tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya kesana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyusahkan.
Namun, setelah ia menyaksikan reaksi orang- orang disekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata tuhan itu tumbuh.
Perasaan si anak terhadap orang tuanya sebenarnya sangat kompleks. Ia merupakan campuran dari bermacam- macam emosi dan dorongan yang saling bertentangan. Menjelang usia 3 tahun yaitu umur dimana hubungan dengan ibunya tidak lagi terbatas pada kebutuhan akan bantuan fisik, akan tetapi meningkat lagi pada hubungan emosi dimana ibu menjadi objek yang dicintai dan butuh akan kasih sayangnya, bahkan mengandung rasa permusuhan bercampur bangga, butuh, takut dan cinta padanya sekaligus.
Menurut Zakiah Daradjat, sebelum usia 7 tahun perasaan anak terhadap tuhan pada dasarnya negative. Ia berusaha menerima pemikiran tentang kebesaran dan kemuliaan tuhan. Sedang gambaran mereka tentang Tuhan sesuai dengan emosinya. Kepercayaan yang terus menerus tentang Tuhan, tempat dan bentuknya bukanlah karena rasa ingin tahunya, tapi didorong oleh perasaan takut dan ingin rasa aman, kecuali jika orang tua anak mendidik anak supaya mengenal sifat Tuhan yang menyenangkan. Namun pada pada masa kedua (27 tahun keatas) perasaan si anak terhadap Tuhan berganti positif (cinta dan hormat) dan hubungannya dipenuhi oleh rasa percaya dan merasa aman.

3) Tahap Perkembangan Beragama Pada Anak
Sejalan dengan kecerdasannya, perkembangan jiwa beragama pada anak dapat dibagi menjadi tiga bagian:
a. The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Pada tahap ini anak yang berumur 3 –– 6 tahun, konsep mengeanai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oelh dongeng- dongeng yang kurang masuk akal. Cerita akan Nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng- dongeng.
Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama dari pada isi ajarannya dan cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan jiwa kekanak- kanakannya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan pandangan teologisnya, pernyataan dan ungkapannya tentang Tuhan lebih bernada individual, emosional dan spontan tapi penuh arti teologis.

b. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)
Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak beralih pada Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika.
Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa anak pada usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.

c. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang diindividualistik ini terbagi menjadi tiga golongan:
Ø  Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi.
Ø   Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan).
Ø   Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.

Berkaitan dengan masalah ini, Imam Bawani membagi fase perkembangan agama pada masa anak menjadi empat bagian, yaitu:
a. Fase dalam kandungan
Untuk memahami perkembangan agama pada masa ini sangatlah sulit, apalagi yang berhubungan dengan psikis ruhani. Meski demikian perlu dicatat bahwa perkembangan agama bermula sejak Allah meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika terjadinya perjanjian manusia atas tuhannya.

b. Fase bayi
Pada fase kedua ini juga belum banyak diketahui perkembangan agama pada seorang anak. Namun isyarat pengenalan ajaran agama banyak ditemukan dalam hadis, seperti memperdengarkan adzan dan iqamah saat kelahiran anak.

c. Fase kanak- kanak
Masa ketiga tersebut merupakan saat yang tepat untuk menanamkan nilai keagamaan. Pada fase ini anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar. Banyak hal yang ia saksikan ketika berhubungan dengan orang-orang orang disekelilingnya. Dalam pergaulan inilah ia mengenal Tuhan melalui ucapan- ucapan orang disekelilingnya. Ia melihat perilaku orang yang mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Anak pada usia kanak- kanak belum mempunyai pemahaman dalam melaksanakan ajaran Islam, akan tetapi disinilah peran orang tua dalam memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan tindakan- tindakan agama sekalipun sifatnya hanya meniru.


d. Masa anak sekolah
Seiring dengan perkembangan aspek- aspek jiwa lainnya, perkembangan agama juga menunjukkan perkembangan yang semakin realistis. Hal ini berkaitan dengan perkembangan intelektualitasnya yang semakin berkembang.

2.4.3 Sifat agama pada anak
Sifat keagamaan pada anak dapat dibagi menjadi enam bagian:
a. Unreflective (kurang mendalam/ tanpa kritik)
Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam, cukup sekedarnya saja. Dan mereka merasa puas dengan keterangan yang kadang- kadang kurang masuk akal. Menurut penelitian, pikiran kritis baru muncul pada anak berusia 12 tahun, sejalan dengan perkembangan moral.

b. Egosentris
Sifat egosentris ini berdasarkan hasil ppenelitian Piaget tentang bahasa pada anak berusia 3 – 7 tahun. Dalam hal ini, berbicara bagi anak-anak tidak mempunyai arti seperti orang dewasa.
Pada usia 7 – 9 tahun, doa secara khusus dihubungkan dengan kegiatan atau gerak- gerik tertentu, tetapi amat konkret dan pribadi. Pada usia 9 – 12 tahun ide tentang doa sebagai komunikasi antara anak dengan ilahi mulai tampak. Setelah itu barulah isi doa beralih dari keinginan egosentris menuju masalah yang tertuju pada orang lain yang bersifat etis.

c. Anthromorphis
Konsep anak mengenai ketuhanan pada umumnya berasal dari pengalamannya. Dikala ia berhubungan dengan orang lain, pertanyaan anak mengenai (bagaimana) – 6 tahun, konsep mengeanai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oelh dongeng- dongeng yang kurang masuk akal. Cerita akan Nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng- dongeng.

d. Verbalis dan Ritualis
Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh dari sebab ucapan (verbal). Mereka menghafal secara verbal kalimat- kalimat keagamaan dan mengerjakan amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman mereka menurut tuntunan yang diajarkan pada mereka. Shalat dan doa yang menarik bagi mereka adalah yang mengandung gerak dan biasa dilakukan (tidak asing baginya).
e. Imitatif
Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak pada dasarnya diperoleh dengan meniru. Dalam hal ini orang tua memegang peranan penting.
Pendidikan sikap religius anak pada dasarnya tidak berbentuk pengajaran, akan tetapi berupa teladan
f. Rasa heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan pada anak. Berbeda dengan rasa heran pada orang dewasa, rasa heran pada anak belum kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum pada keindahan lahiriah saja. Untuk itu perlu diberi pengertian dan penjelasan pada mereka sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya. Dalam hal ini orang tua dan guru agama mempunyai peranan yang sangat penting.


2.5  Pendekatan-pendekatan Kognitif pada masa kanak-kanak
Dalam perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan:
1.      Pendekatan Piaget : Anak operasional konkret
Tahap operasional konkret merupakan tahapan ketiga perkembangan kognitif Piaget (rata-rata usia 7-12 tahun) dimana anak berkembang dalam hal logika tetapi bukan pemikiran yang abstrak.
Anak-anak pada usia dini dapat berpikir dengan logis karena tidak terlalu egosentris dari sebelumnya dan dapat mempertimbangkan banyak aspek dari situasi. Namun demikian, pemikiran mereka masih terbatas pada situasi-situasi nyata saat ini dan sekarang.

2.      Pendekatan Pemrosesan Informasi: Ingatan dan keterampilan
- Anak membuat kemajuan yang stabil dalam kemampuan memproses dan mempertahankan informasi
- Metamemori : pemahaman mengenai proses ingatan
- Metakognisi : kesadaran seseorang akan proses mentalnya sendiri
- Strategi mnemonic : teknik untuk membantu ingatan
- Contoh stratgi mnemonic: penggunaan alat-alat bantu eksternal (mis: catatan), pengulangan (mis: mengucapkan secara berulang-ulang), organisasi (mis: mengelompokkan informasi ke dalam berbagai kelompok seperti hewan, tumbuhan, dll) , dan elaborasi (mis: mengaitkan item dengan sesuatu yang mudah diingat seperti sebuah frasa, tempat, atau kisah).

3.      Pendekatan Psikometrik : Pemgukuran kecerdasan
Ada beberapa teori menurut para tokoh yang membahas tentang pendekatan psikometrik.
1)Teori kecerdasan Triarchic dari Sternberg, ada 3 unsur kecerdasan yaitu:
a.Componential
           Merupakan aspek analitis dari kecerdasan. Tes-tes IQ konvensional hanya mengukur unsur ini.
b. Experimental
           Merupakan aspek perspektif atau kreatif dari kecerdasan
c. Contextual
           Merupakan aspek praktis dari kecerdasan. Praktis: menentukan bagaimana orang-orang menangani lingkungannya.

2)  Teori kecerdasan majemuk dari Gardner, ada delapan kecerdasan,    yaitu:
a. linguistik (kemampuan menggunakan dan memahami kata-kata dan nuansa makna),
b. logika-matematika (kemampuan untuk memanipulasi angka dan memecahkan masalah logika),
c. spasial (kemampuan mencari jalan di seputar lingkungan dan  menilai hubungan antara objek dalam ruang),
d. musikal (kemampuan mempersepsikan dan menciptakan pola-pola nada dan ritme),
e. tubuh-kinestetik (kemampuan bergerak dengan ketepatan),
f. interpersonal (kemampua untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain),
g. intrapersonal (kemampuan untuk memahami diri),
h. naturalis (kemampuan membedakan berbagai spesies dan karakteristiknya)

2.6 Kemajuan pemikiran Praoperasional menurut Piaget :
1. Fungsi simbolis (Symbolic function)
Kemampuan anak menggunakan representasi mental  (kata-kata, angka, atau gambar). Anak dapat membayangkan bahwa benda atau orang memiliki properti-properti selain dari sebenarnya mereka miliki.
Contoh : Romi berpura-pura bahwa sepotong pisang adalah sebuah penyedot debu yang “menderu” diatas meja makan.

  1. Pemanahaman identitas
Kemampuan anak menyadari bahwa perubahan artifisial tidak akan mengubah sifat suatu hal.
Contoh : Antonio tahu bahwa meskipun gurunya berpakaian seorang bajak laut, dibalik kostum itu gurnya tetap menjadi seorang guru bukan bajak laut.

  1. Pemahaman sebab-akibat (transduction)
 Kemampuan anak secara mental untuk mengkaitkan fenomena partikular, terlepas dari atau ada atau tidaknya sebab-akibat yang logis. Contoh : ketika melihat ada bola yang menggelinding dari balik dinding, Rafi mencari orang yang menendang bola tersebut dibalik dinding.
 
  1. Pemahaman terhadap angka  
Kemampuan anak untuk dapat menghitung dan menangani kuantitas.
Contoh : Lisa membagi beberapa permen dengan temannya, menghitung untuk memastikan bahwa masing-masing temannya mendapatkan jumlah yang sama.

  1. Kemampuan mengklasifikasikan
Kemampuan anak untuk mengorganisasikan benda-benda, orang, dan kejadian ke dalam kategori yang bermakna.
Contoh : Rosa memilah-milah biji cemara yang ia kumpulkan ketika berjalan-jalan sesua dengan ukurannya yang besar atau kecil.

  1. Empati
Kemampuan anak utuk mulai lebih bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Contoh : Emi berusaha menghibur temannya ketika ia melihat temnnya itu sedang sedih.

  1. Teori tentang pikiran
Kemampuan anak untu menyadari aktivitas mental dan fungi dari pikiran.
Contoh : Bianca ingin menyimpan kue untuk dirinya sendiri sehingga ia menyembunyikan kuenya dari kakanya di kotak pasta. Ia tahu bahwa kuenya akan aman karena kakanya tidak akan mencari kue di tempat di mana ia tidak mengharapkan akan menemukan kue.

2.7  Aspek-aspek ketidakmatangan kognitif pada masa kanak-kanak
  1. Centration : Anak hanya berfokus pada satu aspek dari situasi dan mengabaikan aspek-aspek lainnya. Ketidakmampuan untuk decenter (berfikir mengenai berbagai aspek dari sebuah situasi pada saat yang bersamaan). Contoh : Timothy menggoda adiknya dengan mengatakan bahwa ia memiliki jus yang lebih banyak karena jusnya dituang kedalam gelas yang kurus dan tinggi sementara jus adiknya dituang kedalam gelas yang pendek dan lebar.

  1. Irreversabilitas : kegagalan anak dalam memahami bahwa sebuah operasi dapat berlangsung dua arah atau lebih.Contoh : Timothy tidak menyadari bahwa jus dalam setap gelas bisa dituang kembali dalam kotak asalnya, menyanggah klaimnya bahwa ia mendapatkan lebih banyak dari adiknya.

  1. Fokus pada keadaan daripada transformasi : anak gagal dalam memahami signifikasi transformasi diantara beberapa keadaanContoh : Dalam tugas konservasi, Timothy tida memahami bahwa mengubah bentuk zat cair (menuangkan dari satu wadah ke wadah lain) tidak mengurangi jumlahnya.

  1. Penalaran transduktif : Anak tidak menggunakan penalaran deduktif ataupun induktif ; tetapi mereka melompat dari satu pasrtikular lain melihat sebuah kausal meskipun pada kenyataannya tidak ada.Contoh : Sarah bersikap kasar kepada saudaranya. Kemudian saudaranya jatuh sakit. Sarah menyimpulkan bahwa ia menyebabkan saudaranya jatuh sakit.

  1. Egosentris : Anak mengasumsikan bahwa semua orang lain befikir, mempersepsi, dan merasa hal yang sama dengan mereka.Contoh : Kara tiak menyadari bahwa ia perlu membalik buku yang dipegangnya sehingga ayahnya melihat gambar yang ia tanyakan. Ia bahkan memegang buku tersebut tepat didepannya, sehingga hanya ia yang bisa melihat gambaranya.

  1. Animisme : Anak mengatribusikan kehidupan pada benda-benda mati. Contoh : Amanda mengatakan bahwa pagi ingin muncul tetapi malam berkata “aku tidak akan pergi”.

  1. Ketidakmampuan membedakan tampilan luar dengan realitas : anak bingung mengenai apa yang nyata melalui tampilan luar.Contoh : Ami bingung ketika melihat gabus yang dibentuk mirip batu. Ia menyatakan bahwa itu keliahtan seperti batu, dan itu memang benar-benar batu.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak merupakan suatu perkembangan yang menggambarkan suatu ilmu pengeteahuan dan teknologi di masa kanak-kanak.
            Dalam realitanya perkembangan kognitif mempunayai beberapa tahapan untuk mencapai kepribadian yang sempurna. Jika proses perkembangan tersebut tidak dilakukan secara maksimal, maka akan timbul kegagalan dalam pembentukan kepribadian yang utuh.
           
3.2 Saran
            Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah Perkembangan Kognitif Pada Masa Kanak-kanak ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
 

DAFTAR PUSTAKA

Ø  Sunarto, H. Hartono B. Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta
Ø  Hurlock, EB. 1990. Psikologi Alih Bahasa. Isawidayanti dan Soedjarwo, Jakarta. Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar