TUGAS-TUGAS
PERKEMBANGAN PADA MASA KANAK-KANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Jauh sebelum dilakukan usaha untuk membahas anak-anak secara ilmiah, selama
bertahun-tahun kenyataan yang diterima adalah bahwa pada awal perkembangan anak
merupakan masa yang kritis bagi perkembangan.Petunjuk ilmiah pertama yang
penting dari pentingnya tahun-tahun awal berasal dari penelitian Freud tentang
kesulitan penyesuaian kepribadian.Kesulitan seperti itu dikatakan dapat dilacak
sampai ke suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di masa kanak-kanak.Dikatakan
bahwa, “Awal masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa bayi, usia dimana
ketergantungan secara praktis sudah dilewati, diganti dengan tumbuhnya
kemandirian dan berakhir di sekitar usia masuk sekolah dasar”.Dikatakan juga
bahwa, “Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara
sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya.Oleh karena itu,
fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini penting sekali untuk
mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutama
lingkungan sekolah”.Dikatakan juga bahwa, “Masa ini disebut juga Masa Raja
Kecil atau Masa Trotz Alter dengan sikap egosentris karena merasa dirinya
berada di pusat lingkungan, yang ditampilkan anak dengan sikap senang menentang
atau menolak sesuatu yang datang dari orang di sekitarnya. Perkembangan seperti
itu antara lain disebabkan oleh kesadaran anak, bahwa dirinya mempunyai kemauan
dan kehendak sendiri, yang dapat berbeda dengan orang lain. Kesadaran itu
merupakan awal dari usaha untuk mewujudkan diri (self realization) sebagai satu
diri (individu), dengan menunjukkan bahwa dirinya tidak sama dengan orang
lain”. Dikatakan juga bahwa, “Masa kanak-kanak sering disebut masa estetika,
masa indera, dan masa menentang orang tua”.
Namun masa kanak-kanak ini tidak selamanya sama dihadapi oleh anak-anak
lainnya. Dalam satu contoh kasus ada anak-anak yang nakal, berani kepada orang
tua, ada anak-anak yang penurut, ada anak-anak yang penakut dan lain-lain.Hal
ini dapat diidentifikasikan sebagai masa kanak-kanak awal yang memang telah
memiliki perkembangan-perkembangan seperti tersebut. Periode ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor di antaranya ; perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial. Dan dari contoh kasus anak-anak
di atas dapat diambil suatu pertanyaan, “Mengapa anak-anak itu nakal ?”,
“Berani kepada orang tua ?”, “Penurut ?”, “Penakut ?”. Realitas ini sangat
penting untuk dibahas
dalam
makalah ini.
Untuk
itu makalah ini ditulis untuk mengungkap masalah-masalah tersebut.Banyak
masalah-masalah yang dihadapi pada masa anak-anak awal ini. Dugaan sementara
dari masalah di atas adalah karena dipengaruhi oleh faktor perkembangan
psikososial anak. Dikatakan
bahwa, “Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan juga perkembangan moral,
sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah
laku sosial. Pemikiran
moral seorang anak, terutama ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya.
Sedangkan di sisi lain, lingkungan sosial merupakan pemasok materi mentah yang
akan diolah oleh ranah kognitif anak tersebut secara aktif.”. Dikatakan juga
bahwa, “Perkembangan sikap sosial pada akhir masa ini, didukung pula oleh
perkembangan emosi dan proses berfikir yang semakin meningkat”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan tugas
perkembangan?
2. Apa saja
perkembangan-perkembangan pada anak?
3. Bagaimana tugas perkembangan awal anak?
4. Bagaimana
tugas perkembangan akhir anak?
5. Apa saja ciri-ciri masa anak-anak awal?
6. Apa saja perkembangan yang
terjadi pada periode ini dari segi perkembangan Psikososial?
7. Faktor apa yang mempengaruhi
perkembangan awal anak?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian tugas perkembangan
2. Mengetahui perkembangan-perkembangan pada
anak
3. Mengetahui
tugas perkembangan awal anak
4. Mengetahui tugas perkembangan akhir anak
5. Mengetahui ciri-ciri masa
anak-anak
6.
Mengetahui perkembangan yang terjadi pada periode
ini dari segi perkembangan Psikososial?
7. Mengetahui
faktor yang mempengaruhi perkembangan awal anak
D. Metode
Penulisan
Adapun
metode penulisan makalah yang digunakan adalah dengan cara study pustaka, yaitu
mempelajari buku-buku yang kami jadikan referensi dalam pengumpulan informasi
dan data yang ada kaitannya dengan masalah yang akan kami bahas serta pencarian
informasi dengan melalui jalur internet .
E.
Sistematika Penulisan
Adapun sistmatika penulisan makalah
ini, adalah :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
Penulisan
D. Metode
Penulisan
E. Sistematika
Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
tugas perkembangan
B. Perkembangan-perkembangan pada anak
C. Tugas-tugas
perkembangan awal anak
D. Tugas-tugas perkembangan akhir anak
E. Ciri-ciri masa anak-anak
F. Perkembangan yang terjadi pada
periode ini dari segi perkembangan Psikososial?
G. Faktor yang
mempengaruhi awal anak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR RUJUKAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tugas Perkembangan
Menurut
Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan
individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu, dan apabila berhasil
mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan
kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga
akan mengalami kesulitan. Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas
perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah kematangan pisik, tuntutan
masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu. (http://prayitno54.wordpress.com/makalah-tugas-tugas-perkembangan/)
Robert J.
Havighurst (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan itu merupakan suatu hal
yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila
berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas
perkembangan selanjutnya, tapi jika gagal akan menyebabkan ketidak bahagiaan
pada individu yang bersangkutan dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas
berikutnya.
Hurlock (1981) menyebut tugas-tugas
perkembangan sebagai social expectations yang artinya setiap kelompok budaya
mengharapkan anggotanya menguasai
keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui
oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.
B. Perkembangan – Perkembangan Pada Anak
1. Perkembangan Fisik Anak
Mengenai perkembangan fisik anak bisa dilihat dari
perkembangan motroik anak. Perkembangan motorik anak ini terbagi lagi ke dalam
perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik kasar.
2. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi ke dalam
beberapa tahap, yaitu:
- Periode prelingual, usia anak 0-1 thn, ciri utama adalah anak mengoceh untuk dapat berkomunikasi dengan orang tua, anak masih bersifat pasif saat menerima stimulus dari luar tapi anak akan menerima respon yang berbeda. Contoh: bayi akan senyum kepada orang yang dikenalnya dan menangis kepada orang yang tidak dikenal dan ditakutinya.
- Periode Lingual, usia antara 1-2,5 tahun, dalam taha ini anak sudah mampu membuat sebuah kalimat, satu atau dua kata dalam percakapannya dengan orang lain.
- Periode Diferensiasi, usia anak 2,5 - 5 thn, anak sudah memiliki kemampuan bahasa sesuai dengan peraturan tata bahasa yang baik dan benar. Permbendaharaan katanya sudang berkembang secara baik dilihat dari segi kuantitas dan kualitas.
3. Perkembangan Sosio-emosional
Perkembangan sosio emosisonal anak terbagi ke dalam beberapa tahap,
yaitu:
- Tahap percaya versus curiga (trust vs mistrust), usia anak 0-2 tahun, dalam tahap ini anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, namun akan tumbuh rasa curiga jika anak mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan.
- Tahap Mandiri versus Ragu ( Autonomy vs Shame), usia anak 2-3 tahun, perasaan mandiri mulai muncul tatkala anak sudah mulai menguasai seluruh anggota tobuhnya, sifat ragu dan malu akan muncul pada tahap ini ketika lingkungan tidak memberinya sebuah kepercayaan.
- Tahap berinisiatif versus bersalah (initiative versus guilt), usia anak 4-5 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai lepas dari orang tuanya, anak sudah mampu bergerak bebas dan berhubungan dengan lingkungan. Kondisi ini dapat menimbulkan inisiatif pada diri anak, namun jika anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum bisa berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri anak. (http://bidanku.com/index.php?/psikologi-perkembangan-anak-usia-dini)
C. Tugas-Tugas
Perkembangan Awal Anak
Secara kronologis (menurut urutan waktu), masa kanak-kanak (early childhood)
adalah masa perkembangan dari usia 1 atau 2 tahun hingga 5 atau 6 tahun.
Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara
sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan dan keluarganya. Oleh karena
itu , fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini penting sekali untuk
mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutama
lingkungan sekolah.
Masa kanak-kanak sering disebut masa estetika, masa indera, dan masa menentang
orang tua.Disebut estetika karena pada masa ini merupakan saat terjadinya
perasaan keindahan.Disebut masa indera, karena pada masa ini indera berkembang
pesat dan merupakan kelanjutan dari perkembangan selanjutnya.Berkat kepesatan
perkembangan itulah, dia senang mengadakan eksplorasi.Kemudian disebut dengan
masa menentang.Masa itu disebut juga Masa Raja Kecil atau Masa Trotz Alter
dengan sikap egosentris karena merasa dirinya berada di pusat lingkungan, yang
ditampilkan anak dengan sikap senang menentang atau menolak sesuatu yang datang
dari orang di sekitarnya. Perkembangan seperti itu antara lain disebabkan oleh
kesadaran anak, bahwa dirinya mempunyai kemauan dan kehendak sendiri, yang
dapat berbeda dengan orang lain. Kesadaran itu merupakan awal dari usaha untuk
mewujudkan diri (self realization) sebagai satu diri (individu), dengan
menunjukkan bahwa dirinya tidak sama dengan orang lain.
Anak-anak
pada masa ini bersifat meniru, banyak bermain dengan lelakon (sandiwara) atau
khayalan, yang kadang-kadang dapat membantu dalam mengatasi
kekurangan-kekurangannya dalam kenyataan. Kegiatan yang bermacam-macam itu akan memberikan
ketrampilan dan pengalaman-pengalaman terhadap si anak.
1. Belajar Berjalan
Belajar
berjalan terjadi pada usia antara 9 sampai 15 bulan, pada usia ini tulang kaki,
otot dan susunan syarafnya telah matang untuk belajar berjalan.
2. Belajar
Memakan Makanan Padat
Hal ini
terjadi pada tahun kedua, sistem alat-alat pencernaan makanan dan alat-alat
pengunyah pada mulut telah matang untuk hal tersebut.
3. Belajar
Berbicara
Yaitu
mengeluarkan suara yang berarti dan menyampaikannya kepada orang lain dengan
perantaraan suara itu, diperlukan kematangan otot-otot dan syarat dari
alat-alat bicara. Ada dua pendapat mengenai cara permulaan anak dalam belajar
berbicara, yaitu:
a. Pendapat
pertama, mengemukakan bahwa bayi mulai belajar bicara dengan jalan mengeluarkan
macam-macam suara yang tidak berarti (meraban). Kemudian orang disekitarnya
mengajarkan kepadanya nama-nama atau kata-kata tentang sesuatu secara teratur
dalam situasi tertentu sampai anak belajar mengasosiasikan
(menghubung-hubungkan) suara-suara tertentu dengan benda atau situasi (prilaku)
tertentu. Misalnya, suara “bapak” yang diucapkan anak secara kebetulan, kemudian
oleh orang di sekitarnya diulanginya apabila sang ayah hadir di dekatnya, maka
terjadilah asosiasi antara “bapak” dengan orangnya.
b. Pendapat
kedua, justru sebaliknya, menurut teori ini suara bayi tidaklah searah
kebetulan tetapi mempunyai arti baginya karena suara-suara itu mengekspresikan
(menyatakan) perasaan-perasaannya. Perkembangan selanjutnya dari belajar bahasa
ini terjadi dengan jalan meniru (imitasi).
4. Belajar
Buang Air Kecil Dan Buang Air Besar
Tugas ini
dilakukan pada tempat dan waktu yang sesuai dengan norma masyarakat. Sebelum
usia 4 tahun, anak pada umumnya belum dapat mengatasi (menahan) ngompol karena
perkembangan syaraf yang mengatur pembuangan belum sempurna. Untuk memberikan
pendidikan kebersihan terhadap anak usia di bawah 4 tahun, cukup dengan
pembiasaan saja, yaitu setiap kali mau buang air, bawalah anak ke WC tanpa
banyak memberikan penerangan kepadanya.
5. Belajar
Mengenal Perbedaan Jenis Kelamin
Melalui
observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian
yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya. Dengan cara
tersebut, anak dapat mengenal perbedaan anatomis pria dan wanita, anak menaruh
perhatian besar terhadap jenis kelamin (sex) itu berjalan normal, maka orang
tua perlu memperlakukan anaknya, baik dalam memberikan alat mainan, pakaian,
maupun aspek lainnya sesuai dengan jenis kelamin anak.
6. Mencapai
Kesetabilan Jasmaniah Fisiologis
Keadaan
jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat
sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah.
Perbedaan variasi makanan yang diberikan dapat merubah kadar garam dan gula
dalam darah dan air di dalam tubuh. Untuk mencapai kesetabilan jasmaniah, bagi
anak diperlukan waktu sampai usia 5 tahun. Dalam proses mencapai kesetabilan
jasmaniah ini, orang tua perlu memberikan perawatan yang intensif, baik
menyangkut pemberian makanan yang bergizi maupun pemeliharaan kebersihan.
7. Membentuk
Konsep-Konsep (Pengertian) Sederhana Kenyataan Sosial dan Alam
Pada mulanya
dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan.
Lama kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang-orang di sekitarnya.
Perkembangan lebih lanjut, anak menemukan keteraturan dan dapat membentuk
generalisasi (kesimpulan) dari berbagai benda yang pada umumnya mempunyai ciri
yang sama. Anak belajar bahwa bayangan tertentu dengan suara tertentu yang
nyaring memenuhi kebutuhannya disebut “orang”, ”ibu” , “ayah”. Anak belajar
bahwa benda-benda khusus dapat dikelompokan dan diberi satu nama, seperti
kucing, ayam, kambing, burung dapat disebut binatang. Untuk mencapai kemampuan
tersebut (mengenal pengertian-pengertian) diperlukan kematangan sistem syaraf,
pengalaman dan bimbingan dari orang dewasa.
8. Belajar Mengadakan Hubungan
Emosional Dengan Orang Tua, Saudara, dan Orang Lain.
Anak
mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada disekitarnya menggunakan
berbagai cara yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa. Cara yang
diperoleh dalam belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang lain,
sedikit banyaknya akan menentukan sikapnya di kemudian hari. Apakah ia bersikap
bersahabat, bersikap dingin, introvert, extrovert dan sebagainya. Misalnya,
apabila anak memperoleh pergaulan dengan orang tuanya itu menyenangkan, maka
cenderung akan bersikap ramah dan ceria.
9. Belajar Mengadakan Hubungan Baik dan
Buruk, Yang Berarti Mengembangkan Kata Hati
Anak kecil
dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan
dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk (hedonisme
adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari
kenikmatan dan kebahagiaan). Apabila anak bertanbah besar ia harus belajar
pengertian tentang baik dan buruk, benar dan salah, sebab sebagai makhluk
sosial (bermasyarakat), manusia tidak hanya memperhatikan kepentingan/kenikmatan
sendiri saja, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan orang lain. Anak
mengenal pengertian baik dan buruk, benar dan salah ini dipengaruhi oleh
pendidikan yang diperolehnya. Pada mulanya anak belajar apa yang dilarang itu
berarti buruk atau salah dan apa yang diperbolehkan itu berarti baik atau
benar. Pengalaman ini merupakan permulaan pembentukan kata hati
anak.Perkembangan selanjutnya terjadi melalui nasihat, bimbingan, buku-buku
bacaan dan analisis pikiran sendiri.Sesuatu yang penting dalam mengembangkan
kata hati anak adalah suri teladan dari orang tua dan bimbingannya.Hal ini
lebih baik daripada penggunaan hukuman dan ganjaran, meskipun dalam situasi
tertentu masih tetap diperlukan.
D. Tugas-tugas Perkembangan Akhir Anak
Jika pada bayi dan kanak-kanak, dunia anak lebih
banyak dalam rumah bersama keluarganya, pada masa anak yang berusia 6-12 tahun,
dunianya lebih banyak di sekolah dan lingkungan sekitar. Sejalan dengan hal
tersebut, terdapat tiga dorongan besar yang dialami anak pada masa ini:
(1)dorongan untuk keluar dari rumah dan masuk dalam kelompok sebaya (peer
group), (2) dorongan fisik untuk melakukan permainan dan kegiatan yang menuntut
ketrampilan/gerakan fisik, dan (3) dorongan mental untuk ke dunia konsep,
pemikiran, interaksi, dan simbol-simbol orang dewasa.
Beberapa tugas perkembangan yang dituntut pada masa
ini adalah:
1. Belajar
ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan.
Anak dimasa sekarang senang sekali
bermain. Oleh karena itu, diperlukan ketrampilan fisik seperti menangkap,
melempar, menendang bola, berenang dan mengendarai sepeda.
2. Pengembangan
sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang
berkembang.
Pada masa ini, anak dituntut mengenal dan dapat memelihara
kesehatan dan keselamatan dirinya, senang berolahraga, dan berekreasi untuk
menjaga kesehatan dirinya, serta memiliki sikap yang tepat terhadap jenis
kelamin lain.
3. Belajar
berkawan dengan teman sebaya.
Pada masa ini, anak dituntut untuk mampu bergaul, bekerja sama, dan
membina hubungan baik dengan teman sebaya, saling menolong, dan membentuk
kepribadian social.
4. Belajar
melakukan peranan social sebagai laki-laki atau wanita.
Anak dituntut melakukan peranan-peranan social yang
diharapkan masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya.
5. Belajar
menguasai ketrampilan-ketrampilan intelektual dasar, yaitu membaca, menulis,
dan berhitung.
Untuk melaksanakan tugas-tugasnya di sekolah dan
perkembangan belajarnya lebih lanjut, anak pada awal masa ini dituntut telah
menguasai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
6. Pengembangan
Konsep-konsep
Pengembangan konsep-konsep diperlukan dalam kehidupan sehari-hari agar
dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan dari
lingkungannya, anak dituntut telah memiliki konsep-konsep yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, baik yang berkenaan dengan pergaulan, pekerjaan,
kehidupan keagamaan, dll.
7. Pengembangan
moral, nilai, dan hati nurani.
Pada masa ini, anak dituntut telah mampu menghargai perbuatan-perbuatan
yang sesuai dengan moral. Pada masa ini juga diharapkan mulai tumbuh pemikiran
akan sekala nilai dan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan atas kata hati.
8. Memiliki
kemerdekaan pribadi.
Secara berangsur-angsur pada masa ini anak dituntut memiliki kemerdekaan
pribadi. Anak mampu memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaanatau kegiatan
tanpa tergantung pada orang tuanya atau orang dewasa lainnya.
9. Pengembangan
sikap terhadap lembaga dan kelompok social.
Anak
diharapkan telah memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga-lembaga dan unit
atau kelompok-kelompok social yang ada dalam masyarakat.
Adapun tugas-tugas perkembangan menurut para ahli:
Ø Tugas
perkembangan masa kanak- kanak menurut Munandar adalah:
Salah satu dasar untuk menentukan apakah seorang anak telah
mengalami perkembagan dengan baik adalah memulai apa yang disebut dengan
tugas-tugas perkembangan atau Development Task. (http://ithasartika91.blogspot.com/2011/02/tugas-perkembangan-masa-kanak-kanak.html)
Tugas perkembangan
masa anak menurut Munandar (1985) adalah:
1. belajar berjalan
2. belajar mengambil makanan yang padat
3. belajar berbicara
4. toilet training
5. belajar membedakan jenis kelamin dan
dapat kerja kooperatif
6. belajar mencapai stabilitas
fisiologis
7. pembentukan konsep-konsep yang
sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik
8. belajar untuk mengembangkan diri
sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain serta,
9. belajar membedakan baik dan buruk.
Ø
Tugas
perkembangan masa kanak-kanak menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) adalah:
1. Mempelajari ketrampilan fisik yang
diperlukan untuk permainan-permainan yang umum.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai
diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan
teman-teman seusianya
4. Mulai mengembangkan peran sosial
pria atau wanita yang tepat
5. Mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
6. Mengembangkan pengertian-pengertian
yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
7. Mengembangkan hati nurani,
pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai
8. Mengembangkan sikap terhadap
kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga
9. Mencapai kebebasan pribadi
E. Ciri-ciri
masa kanak-kanak
Adapun
ciri-ciri masa kanak-kanak adalah
:
a. Usia
yang mengandung masalah atau usia sulit
b.
Usia mainan
c.
Usia prasekolah
d.
Usia belajar berkelompok
e.
Usia menjelajah dan bertanya
f.
Usia meniru dan kreatif
Dengan demikian, ciri-ciri masa kanak-kanak tidak
bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Adapun kekurangan dari salah
satu ciri-ciri tersebut merupakan suatu kondisi yang harus diperhatikan
sunguh-sungguh oleh orang tua ataupun masyarakat.
F. Perkembangan yang
terjadi pada periode ini dari segi perkembangan Psikososial
Adapun
perkembangan yang terjadi pada periode ini adalah :
1.
Perkembangan fisik dan motorik
2.
Perkembangan intelektual (pengertian)
3.
Perkembangan berbicara (bahasa)
4.
Perkembangan emosi
Emosi yang meninggi pada awal masa kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah
yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk akal. Penyebab
emosi ini adalah akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, dan makan
terlalu sedikit.
Di antara beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain ; kecerdasan, anak yang
cerdas lebih aktif dalam menjelajahi lingkungannya dan lebih banyak bertanya
daripada anak yang kecerdasannya lebih rendah. Perbedaan seks, dalam emosi
terutama karena tekanan sosial untuk mengungkapkan emosi sesuai dengan
kelompoknya.Besarnya keluarga juga sangat mempengaruhi sering dan kuatnya rasa
cemburu dan iri hati.Lingkungan sosial rumah memainkan peranan yang penting
dalam menimbulkan sering dan kuatnya rasa marah anak-anak, misalnya bila ada
tamu di rumah.Jenis disiplin dan metode latihan anak juga mempengaruhi
frekuensi dan intensitas ledakan amarah anak.Semakin orang tua otoriter,
semakin besar kemungkinan anak bereaksi dengan amarah.
Emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak adalah :
a.
Amarah
b.
Takut
c.
Cemburu
d.
Ingin tahu
e.
Iri hati
f.
Gembira
g.
Sedih
h.
Kasih sayang
5.
Perkembangan sosial
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis
keluarganya. Jika di lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling
memperhatikan, saling membantu (bekerja sama) dalam menyelesaikan tugas-tugas
keluarga atau anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan aturan, maka
anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan dengan
orang lain.
Pola perilaku sosial pada anak antara lain ; meniru, persaingan, kerja sama, simpati, empati (mengerti perasaan dan emosi orang lain dan membayangkan dirinya pada kondisi orang lain tersebut), dukungan sosial, membagi / berbagi, perilaku akrab.
Pola perilaku sosial pada anak antara lain ; meniru, persaingan, kerja sama, simpati, empati (mengerti perasaan dan emosi orang lain dan membayangkan dirinya pada kondisi orang lain tersebut), dukungan sosial, membagi / berbagi, perilaku akrab.
Sedangkan perilaku tidak sosial antara lain ; negativisme, agresif, perilaku
berkuasa, mementingkan diri sendiri, merusak, pertentangan seks (sering kali
laki-laki berperilaku agresif melawan anak perempuan), prasangka.
6.
Perkembangan bermain
Permainan tidak bisa dipisahkan dari dunia anak.Dan merupakan bagian penting
dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa ini. Bentuk-bentuk permainan yang
biasa dilakukan anak pada periode ini adalah :
a.
Memasuki tahun kedua, anak suka bermain sendirian
b.
Akhir tahun ketiga, anak mulai bermain dengan anak lain
c. Pada tahun keempat, anak-anak
cenderung bermain pada kelompok khusus dalam permainan imajinatif dan
bangunan
d. Pada usia kelima, anak menyukai
permainan yang memungkinkan untuk saling mengungguli
7.
Perkembangan kepribadian
Lingkungan keluarga merupakan dunia sosial awal bagi anak-anak, maka bagaimana
perasaan mereka kepada anak-anak dan bagaimana perlakuan mereka merupakan
faktor penting dalam pembentukan konsep-diri, yaitu inti pola kepribadian. Dan
dalam perkembangan selanjutnya, sikap dan cara teman-teman sebaya
memperlakukannya mulai membawa pengaruh dalam konsep diri.
8.
Perkembangan moral
Dalam tahap ini, anak secara otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir
ataupun menilai. Anak sebaiknya cenderung dilatih untuk berdisiplin, karena ini
merupakan cara mengajarkan berperilaku moral sesuai yang diterima kelompoknya.
9.
Perkembangan kesadaran beragama
Pengenalan agama sudah dapat dilakukan sejak dini. Pengetahuan anak tentang
agama berkembang sejalan dengan pengalamannya dalam mendengarkan ucapan-ucapan
orang tuanya, melihat sikap dan perilaku orang tuanya dalam beribadah,
selanjutnya mereka meniru dari apa yang telah dilihat maupun didengarnya.
Jadi perkembangan-perkembangan tersebut menjadi salah satu bagian yang erat hubungannya dengan perkembangan psikososial anak.
Jadi perkembangan-perkembangan tersebut menjadi salah satu bagian yang erat hubungannya dengan perkembangan psikososial anak.
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Awal Anak
Pada masa pekembangan, yang
merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya
disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak-anak kecil belajar
semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan
kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan
meluangkan waktu berjam-jam untuk bermain dengan teman-teman sebaya.Jika telah
memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak
anak.
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan, yang merajuk pada aliran psikologi
diantaranya:
1.
Aliran nativisme (pembawaan/hereditas)
Pada aliran nativisme di kemukakan
bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik
karena berasal dari keturunan orang tuanya maupun karena di takdirkan seperti
itu.Artinya bahwa dalam perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh faktor
keturunan saja sedangkan factor pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh
dalam perkembangan tersebut. Misalnya apabila seorang anak yang kedua orang
tuanya memiliki potensi kecerdasan di sekolahnya maka anak tersebutpun juga
akan mempunyai potensi kecerdasan seperti yang di miliki oleh orang tuanya
juga. Sebagai contoh apabila di sekolah sewaktu di beri pelajaran oleh gurunya,
anak tersebut akan lebih cepat menangkap pelajaran tersebut. Jadi faktor ini
sangat berpengaruh dalam perkembangan anak.
2.
Aliran Empirisme (Lingkungan)
Aliran empirisme merupakan aliran
yang mengemukakan bahwa factor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
seseorang sedangkan faktor bakat tidak ada pengaruhnya.Pengalaman dan
lingkungan hidup sangat berperan penting dalam perkembangan anak karena semua
ini dapat mempengaruhinya. Misalnya seorang anak dari keluarga baik-baik namun
dalam bergaul di lingkungan sekolah anak tesebut berteman dengan anak-anak yang
nakal maka secara perlahan-perlahan anak tersebut akan ikut menjadi anak yang
nakal, apabila tidak ada pengawasan atau pengarahan dari orang tuanya.
3.
Aliran Konvergensi (persesuaian)
Aliran kovergensi merupakan aliran
yang mengemukakan bahwa dalam perkembangan factor hereditas (pembawaan) dan
limgkungan sama-sama penting.Antara factor hereditas dan lingkungan saling
mempengaruhi perkembangan anak. Misalnya Apabila seorang anak mempunyai
keturunan potensi kecerdasan yang baik dalam lingkungan sekolah dan apabila kecerdasan
ini tidak dilatih dan di dalam lingkungan sekolahnya anak tersebut bergaul
dengan teman-teman yang pemalas maka lama-kelamaan anak tersebut akan menjadi
malas belajar sehingga kecerdasannya pun juga akan menurun. Jadi factor
lingkungan juga berperan penting dalam perkembangan anak.Faktor pembawaan dan
lingkungan menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku dan kedua
factor ini tidak berfungsi secara terpisah melainkan saling berhubungan.
4.
Aliran Konstruktivisme
Pada aliran ini merupakan suatu
aliran yang menekankan bahwa pengetahuan yang di peroleh merupakan bentukan
atau konstruksi dari diri sendiri.Artinya bahwa pengetahuan tersebut bukan dari
hasil seseorang meniru dari realitas dan bukan juga gambaran dari dunia
kenyataan yang ada.
Adapun implikasi pembelajaran teori
implikasi sebagai berikut :
a) Tujuan pendidikan menurut teori
belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individuatau anak yang memiliki
kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
b) Kurikulum dirancang sedemikian
rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan
dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah
seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Peserta didik diharapkan selalu
aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah
berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
5.
Aliran Behaviorisme
Pada aliran ini menekankan bahwa
tingkah laku seseorang terbentuk karena hasil dari pengalaman.Pengalaman ini
merupakan sebagai hasil dari belajar karena seseorang dianggap telah belajar
apabila seseorang tersebut telah menunjukan perubahan perilakunya. Misalnya
implikasi dalam pembelajaran yaitu, apabila guru memberikan pelajaran kepada
siswanya maka siswa tersebut akan memberikan respon yang berupa reaksi atau
tanggapan siswa terhahap pelajaran yang di berikan oleh guru tersebut. Artinya
bahwa anak dalam bertindak berdasarkan pengalaman-pengalaman yang mereka
peroleh.
6.
Aliran Gestalt
Pada aliran ini seseorang dalam
memperoleh pengetahuan yang di dapat dengan memandang sensasi secara
keseluruhan suatu objek yang memiliki struktur atau pola-pola tertentu.
Aplikasi
teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a.
Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang
penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki
kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu
obyek atau peristiwa.
b.
Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan
unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu
yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah,
khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.
Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas
dan logis dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku
bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip
ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan
dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan
hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan
peserta didik.
e. Transfer dalam
Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer
belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi
konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya
penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian
menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan
terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari
suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya
dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi
yang diajarkannya.
7.
Aliran Humanistik
Pada aliran ini menekankan pada
pentinngnya kesadaran aktualisasi pada diri dan hal-hal yang bersifat positif
pada seseorang.Aliran ini selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia
melalui penghargaan terhadap potensi-potensi yang ada. Misalnya dalam sekolah
apabila ada suatu anak yang pintar, rajin dan baik maka anak tersebut akan
memperoleh penghargaan dari gurunya akibat dari tingkah lakunya.
8.
Aliran Kognitif
Pada teori kognitif menekankan
proses belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi
dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa
diamati.Teori ini menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai suatu pengalaman
dan pengetahuan dalam dirinya dan pengalaman dan pengetahuan itersebut tertata
dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan baik bila materi
pelajaran yang baru beradaptasi secara bersama-sama dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki oleh siswa.
Perkembangan
kognitif anak terbagi ke dalam beberapa tahap:
- Tahap Sensorimotor, pada tahap ini kemampuan anak hanya pada gerakan refleks, mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan awal, mereproduksi berbagai kejadian yang menurutnya menarik, mulai menggunakan berbagai hal atau peralatan guna mencapai tujuannya, melakukan berbagai eksperimen dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara baru. Tahap sensorimotor terjadi saat usia 0-2 tahun.
- Tahapan Pra-operasional, pada tahap ini anak mulai menerima berbagai rangsangan yang masih terbatas, Kemampuan bahasa anak mulai berkembang, meskipun pola pikirnya masih bersifat statsi dan masih belum mampu untuk berpikir secara abstrak, persepsi mengenai waktu dan mengenai tempat masih tetap terbatas. Tahap pra-operasional berkembang saat usia anak 2-7 tahun.
- Tahap konkret operasional, pada tahap ini anak sudah bisa menjalankan operasional dan berpikirnya mulai berpikir secara rasional. Dalam tahap ini tugas-tugas seperti menyusun, melipat, melakukan pemisahan, penggabungan, menderetkan dan membagi sudah dapat dilakukan oleh anak. Tahap konkret operasional berlangsung pada usia 7-11 tahun.
- Tahap Formal Operasional, dalam tahap ini anak sudah mulai beranjak sebagai seorang remaja. Dalam tahap ini, anak sudah mulai berpikir secara hipotetik, yaitu penggunaan hipotesis yang relevan sudah dilakukan anak guna memecahkan berbagai masalah. Sudah mampu menampung atau berpikir terhadap hal-hal yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak, sehingga anak sudah bida menerima pelajaran-pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika, agama dan lain-lain.
Adapun implikasi pembelajaran dalam
aliran kognitif sebagai berikut :
1.
Seseorang yang belajar akan lebih
mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun
berdasarkan pola dan logika tertentu
2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan
hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Dalam pembelajaran guru harus
memehami karakter siswa dan mengerti bahwa anak-anak bukan sebagai orang dewasa
yang cepat dalam proses berfikirnya dan guru tersebut harus menciptakan
pembelajaran yang bermakna dan membedakan perbedaan individual dalam mencapai
keberhasilan siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut Havighurst, tugas
perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase
atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan
berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang
tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan itu merupakan
suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu
yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke
tugas perkembangan selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan ketidak
bahagiaan pada individu yang bersangkutan dan kesulitan-kesulitan dalam
menuntaskan tugas berikutnya.
Perkembangan
– Perkembangan Pada Anak:
1. Perkembangan Fisik Anak
2. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi ke
dalam beberapa tahap, yaitu:
- Periode prelingual, usia anak 0-1 thn
- Periode Lingual, usia antara 1-2,5 tahun
- Periode Diferensiasi, usia anak 2,5 - 5 thn
3. Perkembangan
Sosio-emosional
Perkembangan sosio emosisonal anak terbagi ke dalam beberapa tahap,
yaitu:
- Tahap percaya versus curiga (trust vs mistrust), usia anak 0-2 tahun
- Tahap Mandiri versus Ragu ( Autonomy vs Shame), usia anak 2-3 tahun
- Tahap berinisiatif versus bersalah (initiative versus guilt), usia anak 4-5 tahun
Tugas-Tugas Perkembangan Awal Anak:
1) Belajar
berjalan
2) Belajar
memakan makanan padat
3) Belajar
berbicara
4) Belajar
buang air kecil dan buang air besar
5) Belajar
mengenal perbedaan jenis kelamin
6) Mencapai
kesetabilan jasmaniah fisiologis
7) Membentuk
konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam
8) Belajar
mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain
9) Belajar
mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati
Tugas-Tugas Perkembangan Akhir Anak:
1)
Belajar
ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan.
2)
Pengembangan
sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang
berkembang.
3)
Belajar
berkawan dengan teman sebaya.
4)
Belajar
melakukan peranan social sebagai laki-laki atau wanita.
5)
Belajar
menguasai ketrampilan-ketrampilan intelektual dasar, yaitu membaca, menulis,
dan berhitung.
6)
Pengembangan
Konsep-konsep
7)
Pengembangan
moral, nilai, dan hati nurani.
8)
Memiliki
kemerdekaan pribadi.
9)
Pengembangan
sikap terhadap lembaga dan kelompok social.
Ciri-ciri
masa kanak-kanak awal:
1) Usia
yang mengandung masalah atau usia sulit
2)
Usia mainan
3) Usia
prasekolah
4) Usia
belajar berkelompok
5) Usia
menjelajah dan bertanya
6) Usia
meniru dan kreatif
Perkembangan
yang terjadi pada periode ini dari segi perkembangan Psikososial:
1) Perkembangan
fisik dan motorik
2) Perkembangan
intelektual (pengertian)
3) Perkembangan
berbicara (bahasa)
4) Perkembangan
emosi
5) Perkembangan
sosial
6) Perkembangan
bermain
7) Perkembangan
kepribadian
8) Perkembangan
moral
9) Perkembangan
kesadaran beragama
Faktor yang mempengaruhi
perkembangan awal anak:
1) Aliran nativisme
(pembawaan/hereditas)
2) Aliran Empirisme (Lingkungan)
3) Aliran Konvergensi (persesuaian)
4) Aliran Konstruktivisme
5) Aliran Behaviorisme
6) Aliran Gestalt
7) Aliran Humanistik
8) Aliran Kognitif
B. Saran
Hendaknya bagi orang tua dalam
memperlakukan anak-anaknya pada masa ini adalah tetap, tak ada goncangan.
Karena kegoncangan akan menyebabkan kebingungan dan keraguan pada anak.
Anak-anak pada masa ini bersifat meniru, banyak bermain dengan lelakon
(sandiwara) atau khayalan. Dan anak
pada masa ini cenderung untuk mencari mana yang boleh dan mana yang tidak.
Tugas orang tua adalah membimbing anak sehingga ia akan sampai pada penghargaan
terhadap nilai-nilai. Sikap dan pandangan orang tua mengenai penampilan,
kemampuan, dan prestasinya sangat mempengaruhi cara anak memandang dirinya
sendiri.
Dan hendaknya orang tua harus
mengutamakan menjalin hubungan yang baik dan benar dengan anak, dan menciptakan
suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling membantu (bekerja sama)
dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga atau anggota keluarga, dan konsisten
dalam melaksanakan aturan, supaya anak memiliki kemampuan atau penyesuaian
sosial dalam hubungan dengan orang lain.
DAFTAR
RUJUKAN
PPKI, 2010. Universitas Negeri Malang
Yusuf, Syamsi. 2008. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http://Karim71.Blogspot.com/2009/12/pengertian-tujuan-dan-faktor yang mempengaruhi
perkembangan.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar