MAKALAH TUGAS – TUGAS PERKEMBANGAN PADA
MASA REMAJA
DAN
PENYESUAIAN DIRI PADA MASA REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Psikologi
perkembangan merupakan cabang dari psikologi individu, baik sebelum maupun
setelah kelahiran berikut kematangan perilaku J.P. Chaplin, 1979) psikologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik setiap fase-fase
perkembangan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk mengetahui
karakteristik perkembangan fase remaja, hal-hal apa saja yang mempengaruhi
psikologi perkembangan pada fase remaja, serta problematika.
Bicara tentang psikologi remaja tentu tak lepas dari
perkembangan psikologis remaja, yang mana dapat dikatakan suatu fase
perkembangan yang dialami seseorang ketika memasuki usia 12-22 tahun. Pada fase
perkembangan psikologi remaja, anak harus mampu
meninggalkan sifat kekanak-kanakannya.
Menurut
Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Rentang waktu usia remaja ini
biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18
tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Baca
selengkapnya di Batasan Usia Remaja.
Maka dengan
ini penulis mengambil judul Tugas – Tugas Perkembangan pada
Masa Remaja dan Penyesuaian Diri pada Masa Remaja.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Sehubungan
dengan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diangkat adalah:
1. Apa yang
dimaksud dengan Remaja?
2. Mengapa
perkembangan Remaja menjadi bahaya jika tidak diadakan pengawasan?
3. Bagaimana
pengembangan tugas – tugas Remaja?
4.
Bagaimana
perkembangan emosional Remaja ?
C.
TUJUAN
MASALAH
Tujuan
dibuat makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan remaja
2. Mengetahui
cara – cara pengembangan diri pada remaja
3. Mengetahui
tugas yang dilakukan sebagai remaja
4.
Mengetahui
proses pembentukan emosional pada remaja
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian
dan Sumber Tugas-tugas Perkembangan
Robert Havighrust (Adam & Gullota,
1983) melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang beragam
dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan
yang khusus. Tugas-tugas ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan,
persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai prasyarat
untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya. Selanjutnya Havighrust (1961)
mengartikan tugas-tugas perkembangan itu sebagai berikut :
A developmental task is a task which arises
at or about a certain period in the life of the individual, successful
achievement of which leads to his happiness and to success with later task,
while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society
and difficulty with later task.
Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan
dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang seyogianya dimiliki oleh
individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Hurlock (1981) menyebut
tugas-tugas perkembangan ini sebagai ini sebagai social expectations. Dalam
arti, setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan
tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi berbagai
usia sepanjang rentang kehidupan.
Setiap
individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa
periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai
serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap
individu. Sebab, kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase
tertentuakan memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori-teori tugas-tugas perkembangan adalah Robert J. Havighust (Hurlock, 1990). Dia mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang karena adanya aspirasi budaya , sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai-nilali dan aspirasi individu.
Seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori-teori tugas-tugas perkembangan adalah Robert J. Havighust (Hurlock, 1990). Dia mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang karena adanya aspirasi budaya , sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai-nilali dan aspirasi individu.
Munculnya tugas-tugas perkembangan,
bersumber pada faktor-faktor berikut:
1. Kematangan
fisik, misalnya (a) belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki; (b)
belajar bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa
remaja karena kematangan organ-organ seksual.
2. Tuntutan
masyarakat secara kultural, misalnya (a) belajar membaca; (b) belajar menulis;
(c) belajar berhitung; (d) belajar berorganisasi.
3. Tuntutan
dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya (a) memilih pekerjaan;
(b) memilih teman hidup.
4. Tuntutan
norma agama, misalnya (a) taat beribadah kepada Alloh; (b) berbuat baik kepada
sesame manusia.
Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga
macam tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam menyelesaikan tugas
perkembangan, yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai
petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari
mereka pada usia-usia tertentu.
2. Memberikan
motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.
3. Menunjukkan
kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa
yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan
berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ada yang dapat
diselesaikan dengan baik, ada juga yang mengalami hambatan. tidak dapat
diselesaikannya dengan baik suatu tugas perkembangan dapat menjadi suatu bahaya
potensial yang menjadi penghambat penyelesaian tugas perkembangan, yaitu
sebagai berikut :
1. Harapan-harapan
yang kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku
di luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2. Melangkahi
tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai
tugas-tugas tertentu.
3. Adanya
krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang
lain.
B.
Pengertian
Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan remaja adalah
sikap dan perilaku dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan di sekitarnya.
Perubahan yang terjadi pada fisik maupun psikologisnya menuntut anak untuk
dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada
dihadapannya.
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja
yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan
harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami
gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku.
Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka
mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
C.
Tujuan Tugas
Perkembangan
Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai
tiga macam tujuan yang sangat berguna. Pertama, sebagai petunjuk bagi individu
untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia
tertentu. Misalnya, orang tua dapat dibimbing dalam mengajari anak-anak mereka
yang masih kecil untuk menguasai berbagai keterampilan. Dengan pengertian bahwa
masyarakat mengharapkan anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan tersebut
pada usia-usia tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka akan sangat
dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka berhasil melakukannya. Kedua, dalam
memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan
dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka.
Dan akhirnya, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka
hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat
perkembangan berikutnya.
Penyesuaian diri kepada situasi baru
selalu sulit dan selalu disertai dengan bermacam-macam tingkat ketegangan
emosional. Tetapi sebagian besar kesulitan dan ketegangan ini dapat dihilangkan
kalau individu sadar akan apa yang akan terjadi kemudian dan secara bertahap
mempersiapkan diri. Anak-anak yang menguasai keterampilan-keterampilan sosial,
diperlukan untuk menghadapi kehidupan sosial remaja yang baru, akan lebih mudah
menyesuaikan diri dengan lawan jenisnya bila mereka mencapai usia remaja, dan
yang baru menginjak dewasa akan lebih mudah melewati masa peralihan ke masa
usia pertengahan. Dan tidak terlampau mengalami ketegangan kalau mereka secara
bertahap menciptakan kegiatan-kegiatan waktu senggang dengan berkurangnya
tanggung jawab sebagai orang tua.
D.
Bahaya
Tugas-tugas Perkembangan
Karena tugas-tugas perkembangan memegang
peranan penting untuk menentukan arah perkembangan yang normal, maka apapun
yang menghalangi penguasaan sesuatu dapat dianggap sebagai bahaya potensial.
Ada tiga macam bahaya potensial yang umum berhubungan dengan tugas-tugas dalam
perkembangan. Pertama, harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu sendiri
maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku yang tidak mungkin dalam
perkembangan pada saat itu karena keterbatasan kemampuan fisik maupun
psikologis.
Bahaya potensial kedua adalah melangkahi
tahap tertentu dalam pengembangan sebagai akibat kegagalan menguasai
tugas-tugas tertentu. Krisis yang dialami individu ketika melewati satu
tingkatan ke tingkatan yang lain mengandung bahaya potensial ketiga yang umum
yang muncul dari tugas-tugas itu sendiri. Sekalipun individu berhasil menguasai
tugas pada suatu tahap secara baik, namun keharusan menguasai sekelompok
tugas-tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya pasti akan membawa
ketegangan dan tekanan kondisi-kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis.
Misalnya, orang yang masa kerjanya akan berakhir sering mengalami “krisis
pensiun”, dimana ia merasa bahwa prestise dan kepuasan pribadi yang berhubungan
dengan pekerjaan akan berakhir juga.
Lambat atau cepat semua orang akan sadar
bahwa mereka diharapkan menguasai tugas-tugas tertentu pada berbagai periode
sepanjang hidup mereka. Setiap individu juga menjadi sadar bahwa dirinya
“terlalu cepat”, “terlambat” atau “tepat” dalam kaitannya dengan tugas-tugas
ini. Kesadaran inilah yang mempengaruhi sikap dan perilaku mereka sendiri,
demikian pula sikap orang lain terhadap mereka.
E.
Tugas-tugas
Perkembangan Remaja dan Pengukurannya
Salah satu periode dalam rentang
kehidupan individu adalah masa (fase) remaja. Masa ini merupakan segmen
kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa
transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat
(Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996).
Masa remaja ditandai dengan (1)
berkembangnya sikap dependen kepada orangtua ke arah independen, (2) minat
seksualitas; dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri
sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral (Salzman dan Pikunas, 1976).
Erikson (Adams & Gullota, 1983:36-37; Conger, 1977: 92-93) berpendapat bahwa
remaja merupakan masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identity
merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang
sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini.
Erikson memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium,
yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk
masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan ‘siapa saya?’. Dia mengingatkan bahwa
kegagalan remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak
baik bagi perkembangan dirinya.
Apabila remaja gagal dalam mengembangkan
rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang
kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang
(delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri (mengisolasi diri) dari
masyarakat. Mulai dari Erikson, banyak para ahli psikologi memandang bahwa
identity formation (pembentukan identitas/jati diri) merupakan tugas
perkembangan utama bagi remaja. Jika remaja gagal atau tidak mendapat kepuasan
dalam menjawab pertanyaan ‘Siapa saya?’ dan ‘Mengapa saya?’ maka mereka akan
mengalami ‘peperangan’ dlam dirinya.
Pikunas juga mengemukakan pendapat
William Kay, yaitu bahwa tugas perkembangan utama bagi remaja adalah memperoleh
kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Kematangan remaja
belumlah sempurna, jika tidak memiliki kode moral yang dapat diterima secara
universal.
Semua tugas perkembangan pada masa remaja
dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang
kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Menurut
Hurlock (1991) tugas perkembangan pada masa remaja adalah sebagai berikut:
1. Berusaha
mampu menerima keadaan fisiknya.
2. Berusaha
mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3. Berusaha
mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
4. Berusaha
mencapai kemandirian emosional
5. Berusaha
mencapai kemandirian ekonomi.
6. Berusaha
mengembangkan konsep dan keterampilan-keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melukukan peran sebagai anggota masyarakat.
7. Berusaha
memahami dan mengintemalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
8. Berusaha
mengembangkan perilaku tanggungjawab sosial yang diperlukan untuk memasuki
dunia dewasa.
9. Berusaha
mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10. Berusaha
memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Tugas perkembangan pada masa remaja
menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya, hanya
sedikit anak laki-lakilah dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk
menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang
matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa
remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola
perilaku. Penelitian singkat mengenai tugas-tugas perkembangan masa remaja yang
penting akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan
masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya
menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat yang
dimiliki oleh remaja Amerika sebagai akibat perubahan usia kematangan yang sah
menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang mengganggu para
remaja.
Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini
sangat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yakni fase operasional
formal. Kematangan pencapaian fase kognitif tingkat ini akan sangat membantu
kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar
dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan ini, remaja memeriukan
kemampuan kreatif. Kemampuan kreatjf ini banyak diwamai oleh perkembangan
kognitifhya.
Menurut Havighurst (Hurlock,1990), ada
sepuluh tugas perkembangan remaja yang harus diselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Untuk membantu memahami tugas-tugas perkembangan tersebut,
masing-masing dapat dikaji dari aspek-aspek hakikat tugas, dasar biologis, dan
dasar psikologis, yaitu sebagai berikut :
1. Mencapai
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
Karena adanya pertentangan dengan lawan
jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka
mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol
dengan tujuan untuk mengetahui hal ihwal lawan jenis dan bagaimana harus
bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang
dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
a.
Hakikat Tugas
Mempelajari
peran anak perempuan sebagai wanita dan anak laki-laki sebagai pria, menjadi
dewasa diantara orang dewasa, dan belajar memimpin tanpa menekan orang lain.
Tujuan :
Tujuan :
1.)
Belajar melihat kenyataan anak wanita sebagai wanita,
dan anak pria sebagai pria;
2.)
Berkembang menjadi orang dewasa diantara orang dewasa
lainnya;
3.)
Belajar bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai
tujuan bersama;
4.)
Belajar memimpin orang lain tanpa mendominasinya.
b.
Dasar Biologis
Secara
biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Kematangan
seksual dicapai selama masa remaja. daya tarik seksual menjadi suatu kebutuhan
yang dominan dalam kehidupan remaja. Hubungan sosial dipengaruhi oleh
kematangan yang telah dicapai.
c.
Dasar Psikologis
Pada akhir masa
anak, anak-anak lebih cepat perkembangannya dan menaruh perhatian untuk bergaul
dengan orang lain (teman sebayanya). Pertama dia bergaul dengan kelompok yang
terbatas bersama teman yang sama jenis kelaminnya. Masa ini sering disebut
“Gang Age” bagi pria, meskipun pada anak wanita pun gejala ini ada, namun tidak
sekuat pria. Mereka belajar berperilaku sebagaimana orang dewasa berperilaku
dengan sesamanya, seperti dalam mengorganisasikan kegiatan-kegiatan olahraga
dan sosial, memilih pemimpin, dan menciptakan peraturan dalam kelompok. Dengan
jenis kelamin yang berbeda, mereka belajar keterampilan-keterampilan sosial
orang dewasa, seperti berkomunikasi yang baik dan memimpin kelompok.
Pada usia 14
sampai 16 tahun, mereka sudah cukup memiliki keterampilan, dan mulai
meninggalkan kelompok besar, serta membentuk kelompok-kelompok kecil, tiga,
dua, atau satu orang, sehingga pergaulan mereka menjadi lebih intim (akrab).
Satu hal yang sangat mempengaruhi remaja adalah dorongan untuk mendapatkan
persetujuan kelompok (konformitas).
Keberhasilan
remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini mengantarkannya ke dalam
suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan hidupnya. Namun
apabila gagal, maka dia akan mengalami ketidakbahagiaan atau kesulitan dalam
kehidupannya di masa dewasa, seperti ketidakbahagiaan dalam pernikahan, kurang
mampu bergaul dengan orang lain, bersifat kekanak-kanakan, dna melakukan
dominasi secara sewenang-sewenang.
Dalam kelompok
sejenis, remaja belajar untuk bertingkah laku sebagaimana orang dewasa. adapun
dalam kelompok lain jenis, remaja belajar menguasai keterampilan sosial. Remaja
putri umumnya lebih cepat matang daripada remaja putra dan cenderung lebih
tertarik kepada remaja putra yang usianya beberapa tahun lebih tua.
Kecenderungan seperti ini akan berlangsung sampai mereka kuliah di perguruan
tinggi. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan akan membawa
penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sepanjang kehidupannya.
d.
Dasar Kebudayaan
Kebudayaan
dapat membentuk pola hubungan sosial remaja. Pola-pola ini sangat beragam dari
masyarakat satu ke masayarakat lainnya. Pola interaksi (pergaulan remaja di
Negara maju, relatif berbeda dengan remaja di Negara berkembang; begitupun
dengan pola pergaulan remaja yang bermukin di perkotaan dengan yang di pedesaan.
Pola pergaulan itu, baik yang menyangkut persahabatan maupun percintaan.
a. Tingkat
Pencapaian Tugas Perkembangan.
1. Tinggi
Indikatornya:
Memiliki sahabat dekat dua orang atau
lebih. Sebagai anggota “klik” dari jenis kelamin yang sama secara mantap.
Dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu. Memiliki
penyesuaian sosial yang baik. Banyak meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan
teman sebaya.
Berpartisipasi dalam acara teman sebaya.
Memahami dan dapat melakukan keterampilan sosial dalam bergaul dengan teman
sebaya. Mau bekerja sama dengan orang lain.
Berusaha memahami pandangan orang lain
dalam diskusi kelompok.
Kadang-kadang memberikan tepuk tangan kepada lawan dalam suatu permainan.
Kadang-kadang memberikan tepuk tangan kepada lawan dalam suatu permainan.
2. Sedang
Indikatornya:
Memiliki seorang teman dekat. Menjadi
anggota “klik” atau “gank” namun kurang mendapat perhatian. Memiliki kemampuan
sosial yang sedang. Kadang-kadang mau menghadiri acara dengan teman lawan
jenis. Merasa tidak percaya diri, apabila berada dalam kelompok yang beragam.
Mempunyai peran yang netral dalam kegiatan kelompok.
3. Rendah
Indikatornya:
Tidak memiliki teman akrab. Tidak pernah
diundang untuk menghadiri acara kelompok. Sering dikambing hitamkan oleh
kelompok sebaya. Sering balas dendam dengan sikap bermusuhan. Berperilaku penyimpangan
penyesuaian sosial. Sangat malu bergaul dengan lawan jenis.
2. Mencapai
peran sosial pria dan wanita.
Menerima peran seks dewasa yang diakui
masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka
telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda
bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong
untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin
dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan
tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun.
a. Hakikat
Tugas
Mempelajari
peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai pria atau wanita. Remaja
dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat.
b. Dasar
Biologis
Ditinjau dari
kekuatan fisik remaja putri menjadi orang yang lebih lemah dibandingkan dengan
remaja putra. Namun, remaja putri memiliki kekuatan lain meskipun memiliki
kelemahan fisik.
c. Dasar
Psikologis
Peranan sosial
pria dan wanita memang berbeda, remaja putra perlu menerima peranan sebagai
seorang pria dan remaja putri perlu menerima peranan sebagai seorang wanita.
Meskipun demikian, sering terjadi kesulitan pada remaja putri, kadang-kadang
cenderung lebih mengutamakan ketertarikannya kepada karir, cenderung mengagumi
ayahnya dan kakaknya, serta ingin bebas dari peranan sosialnya sebagai istri
atau ibu yang memerlukan dukungan suami.
d. Dasar
Kebudayaan
Peran wanita
terus berubah, terutama dalam masyarakat perkotaan. Peran wanita sekarang lebih
diberikan kebebasan daripada para generasi wanita sebelumnya. Sebagian di
antara mereka dapat memilih secara mandiri untuk bekerja dalam bidang bisnis
atau suatu orofesi tertentu, yang sebelumnya mustahil dapat dilakukan.
e. Tingkat
Pencapaian Tugas Perkembangan
1)
Tinggi
Indikatornya :
Remaja pria matang seksualnya dan
melalui siklus perkembangan pubertas menyenangi acara-acara yang diadakan
kelompok yang beragam jenis kelamin, menyenangi lawan jenis, memelihara diri
secara baik, aktif dalam berolahraga, dan mempunyai minat untuk mempersiapkan
diri dalam suatu pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
Remaja wanita memiliki fisik yang
matang dan bersifat feminin dalam penampilan dan berpakaian, menunjukan sifat
mau menerima pernikahan dan peran sebagai istri/ibu, dan menunjukan minat dan
sikap senangnya untuk memelihara bayi.
2)
Sedang
Indikatornya :
Remaja pria matang seksualnya namun
kurang mempunyai perhatian terhadap remaja wanita. Mempunyai perhatian untuk
mengahadiri acara dalam kelompok yang beragam jenis kelaminnya. Menampilkan
ciri-ciri maskulinitas, namun masih ragu, takut atau menolak perilaku
heteroseksualnya. Hanya menyenangi olahraga yang ringan, dan kurang perhatian
untuk memelihara diri.
3)
Rendah
Indikatornya:
Remaja pria tidak matang fisiknya,
tidak mempunyai interes terhadap remaja wanita, tidak menyenangi olahraga,
tubuh atau penampilannya kurang maskulin, dan perhatian untuk memelihara
dirinya seperti 3 atau 4 tahun dibawahnya.
Remaja wanita kematangannya terlambat,
mungkin tidak menstruasi, penampilannya seperti anak kecil, penampilannya
tomboy, dan senang bergaul dengan pria.
f. Menerima
keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
Seringkali sulit bagi para remaja untuk
menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan
konsep meraka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan
waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki
penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
a. Hakikat
Tugas
Menjadi bangga
atau sekurang-kurangnya toleran dengan kondisi fisiknya sendiri, menjaga dan
melindungi, serta menggunakannya secara efektif.
b. Dasar
Biologis
Siklus
pertumbuhan remaja melibatkan serangkaian perubahan endoctrin dengan
berkembangnya ciri-ciri seksual dan fisik orang dewasa. Perkembangan remaja
disertai dengan pertumbuhan fisik dan seksual. Laju pertumbuhan tubuh gadis
lebih cepat apabila dibandingkan pemuda. Waktunya kini tiba bagi si remaja
untuk mempelajari bagaimana jadinya fisiknya kelak, menjadi tinggi, pendek,
besar atau kurus. Umumnya gadis yang berusia 15 sampai 16 tahun, tubuhnya
mencapai bentuk akhir. Adapun pada pemuda keadaan ini akan dicapai sekitar usia
18 tahun.
c. Dasar
Psikologis
Terjadinya
perubahan bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan sikap dan minat remaja.
Remaja suka memperhatikan perubahan tubuh yang sedang dialaminya sendiri.
Remaja putri lebih suka berdandan dan berhias untuk menarik lawan jenisnya
manakala dia sudah mulai menstruasi.
d. Dasar
Kebudayaan
Masyarakat
sangat memperhatikan penampilan fisik dan pemeliharaannya. Remaja pria dan
wanita di ajar untuk menampilkan fisiknya yang menarik, dan berkembang melebihi
teman sebayanya.
e. Tingkat
Pencapaian Tugas Perkembangan
1) Tinggi
Indikatornya
:
Mampu
mengarahkan diri dan memelihara kesehatan secara rutin. Memiliki keterampilan
dalam berolahraga. Mempersepsi tubuh dan jenis kelaminnya secara tepat. Merasa
senang untuk menerima dan memanfaatkan fisiknya. Memiliki pengetahuan tentang
reproduksi.
Menerima penampilan fisiknya secara feminin (wanita) dan maskulin (pria). Memelihara dirinya secara hati-hati.
Menerima penampilan fisiknya secara feminin (wanita) dan maskulin (pria). Memelihara dirinya secara hati-hati.
2) Sedang
Indikatornya
:
Mampu
mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan, namun tidak dalam waktu lama.
Memiliki persepsi yang sedang terhadap tubuh manusia dan keragaman seksual.
Kadang-kadang bersikap menolak terhadap tubuhnya atau jenis kelaminnya.
Memiliki pengetahuan tentang reproduksi, namun memiliki rasa takut yang tidak
rasional tentang hal itu (bagi wanita). Tubuhnya matang dan memiliki sedikit
keterampilan untuk memelihara rumah.
3) Rendah
Indikatornya
:
Kurang
memiliki kebiasaan untuk memelihara kesehatan, tidak dapat mengendalikan diri.
Cenderung fisiknya kurang matang; memiliki distorsi persepsi tenang tubuhnya
dan keragaman seks. Menampakan ketidaksenangan terhadap tubuhnya. Merasa cemas
tentang kematangannya atau penampilan fisiknya yang menyimpang. Tidak meiliki
pengatahuan yang tepat tentang reproduksi. Menyatakan kesenangannya untuk
menjadi lawan jenis kelaminnya.
3. Mencapai
kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.
Bagi remaja yang sangat mendambakan
kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan
orang-orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun,
kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang
ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari
ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini
menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau
yang kurang memiliki hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.
a. Hakikat
Tugas
Membebaskan
sifat kekanak-kanakan yang selalu menggantungkan diri pada orang tua,
mengembangkan sikap perasaan tertentu kepada orang tua tanpa menggantungkan
diri padanya, dan mengembangkan sikap hormat kepada orang dewasa tanpa
menggantungkan diri padanya.
b. Dasar
Biologis
Secara
biologis, remaja sudah dapat mencapai tugas perkembangan ini, karena mereka
sudah memperoleh kematangan fisiknya. Kematangan seksual individu. Individu
yang tidak memperoleh kepuasan di dalam keluarganya akan keluar untuk membangun
ikatan emosional dengan teman sebaya. Ini bisa berlangsung tanpa mengubah ikatan
emosional yang meningkat terhadap orang tua.
c. Dasar
Psikologis
Pada masa ini,
remaja mengalami sikap ambivalen (dua perasaan yang bertentangan) terhadap
orang tuanya. Remaja ingin bebas, namun dirasa bahwa dunia dewasa itu cukup
rumit dan asing baginya. Dalam keadaan semacam ini, remaja masih mengharapkan
perlindungan orang tua, sebaliknya orang tua menginginkan anaknya berkembang
menjadi lebih dewasa. Keadaan inilah yang menjadikan remaja sering memberontak
pada otoritas orang tua. Guru adalah salah satu tempat bertumpu. Disinilah
peranan guru cukup besar dalam rangka proses penyapihan psikologis remaja.
Kegagalan dalam melaksanakan tugas cenderung dapat diasosiasikan dengan
kegagalan dalam membina hubungan yang bersifat dewasa dengan teman sebaya. Menurut
Douvan (Ambron, 1981:507), kemandirian emosional (emotional autonomy) merupakan
salah satu aspek dari tiga perkembangan kemandirian remaja, yaitu (1)
kemandirian emosi yang ditandai oleh kemampuan memecahkan ketergantungannya
(sifat kekanak-kanakannya) dari orangtua dan mereka dapat memuaskan kebutuhan
kasih sayang dan keakraban di luar rumahnya; (2) kemandiriabn berperilaku,
yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan tentang tingkah laku pribadinya,
seperti dalam memilih pakaian, sekolah, dan pekerjaan; dan (3) kemandirian
dalam nilai.
d. Dasar
Kebudayaan
Sebenarnya ada
dua penyebab konflik antar generasi dalam masyarakat, yaitu
1)
Perubahan sosial yang sangat cepat, dan
2)
Ikatan pernikahan yang cenderung tertutup dan tidak
terikat lagi kepada orang tua.
e. Tingkat
Pencapaian Tugas Perkembangan
1)
Tinggi
Indikatornya :
Memiliki tujuan
hidup yang realistik. Mampu mengembangkan persepsi yang positif terhadap orang
lain dan mencoba berintegrasi dengan keluarga sendiri secara mandiri.
Mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan dan mempertahankan pendapatnya
sendiri. Mampu membangun hubungan dengan beberapa orang dewasa muda dalam
masyarakat. Ikut berpartisipasi dengan orang dewasa dalam kegiatan masyarakat.
Menerima konsekuensi dari kesalahan tanpa mengeluh. Berani bepergian sendiri.
Dapat memilih dan membeli pakaian sendiri. Melakukan sejumlah kegaiatan
tertentu yang disenanginya tanpa meminta persetujuan dari guru atau orangtua.
Meminta nasihat orangtua hanya pada saat mengalami masalah yang rumit. Mampu
menghadapi kegagalan dengan sikap rasional.
2)
Sedang
Indikatornya :
Ego idealnya
dipengaruhi dewasa muda atau figur yang tidak nyata atau glamor. Sikapnya belum
ajeg antara desakan untuk menjadi dewasa dengan sikap kekanak-kanakan.
Memerlukan dorongan dewasa pada saat megerjakan tugas baru. Menolak secara
keras terhadap perintah/keinginan orangtua dalam berpakaian, menggunakan waktu
senggang, memilih teman dan menggunakan uang. mengalami kerinduan pada saat
jauh dari orang tua.
3)
Rendah
Indikatornya:
Ego idealnya
sangat ditentukan oleh orangtua. Menghabiskan banyak waktu senggangnya dengan
orangtua. Menerima otoritas orangtua atau orang dewasa lainnya untuk menyusun
kegiatan. Ingin ditemani keluarga apabila pergi keluar jauh dari rumah.
Bersifat pemalu. Selalu mencari dukungan dari orangtua dalam menghadapi
masalah. Tidak mampu menggunakan pikirannya untuk hal-hal yang penting bagi
dirinya. Tidak mampu menjadi manusia yang mandiri dalam kehidupan masyarakat.
Mengalami kesulitan dalam bergaul dengan teman sebayanya. Mengalami kesulitan
dalam menempuh pernikahan.
4. Mencapai
jaminan kebebasan ekonomis.
Kemandirian
ekonomis tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan
diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang memerlukan periode
pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian secara
ekonomis bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomis
mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang
diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
a.
Hakikat Tugas
Merasakan
kemampuan membangun kehidupan sendiri. Tujuan tugas perkembangan ini adalah
agar remaja mampu menciptakan suatu kehidupan (mata pencaharian). Tugas ini
sangat penting (mendasar) bagi remaja pria, namun tidak begitu penting bagi
remaja pria.
b.
Dasar Biologis
Tidak ada dasar
biologis yang berarti untuk pelaksanaan tugas ini, meskipun kekuatan dan
keterampilan fisik sangat bermanfaat untuk mencapai tugas ini.
c.
Dasar Psikologis
Berkembang
menjadi dewasa merupakan keinginan para remaja. Ciri atau simbol perkembangan
yang diinginkannya itu adalah kemampuan untuk menjadi orang dewasa yang
memiliki pekerjaan yang layak. Studi terhadap remaja pada masa depresi
(ekonomi) pada tahun 1930-an menunjukkan bahwa pengangguran dan memperoleh
kemapanan ekonomi merupakan hal yang sangat dicemaskan atau ditakuti oleh para
remaja. Studi Berkaitan erat dengan hasrat untuk berdiri sendiri.
d.
Dasar Kebudayaan
Dalam
masyarakat sederhana kemandirian ekonomi bukan merupakan tugas perkembangan,
namun dalam masyarakat modern kehidupan bersifat kompleks, termasuk dalam dunia
kerja, sehingga remaja akan mengalami kesulitan, manakala tidak mempersiapkan
diri secara matang.
5. Memilih
dan menyiapkan lapangan pekerjaan.
a. Hakikat
Tugas
Memilih
pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta mempersiapkan pekerjaan.
b. Dasar
Biologis
Ukuran dan
kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah cukup kuat dan tangkas untuk
memiliki dan menyiapkan diri memperoleh lapangan pekerjaan.
c. Dasar
Psikologis
Dari hasil
penelitian mengenai minat di kalangan remaja, ternyata pada kaum remaja berusia
16-19 tahun, minat utamanya tertuju kepada pemilihan dan mempersiapkan lapangan
pekerjaan. Sebenarnya prestasi siswa di sekolah, tentang apa yang
dicita-citakannya, kemana akan melanjutkan pendidikannya, secara samar-samar
dapat menjadi gambaran tentang lapangan pekerjaan yang diminatinya.
Alizabeth B. Hurlock (1981)
mengemukakan bahwa anak SMA mulai memikirkan masa depan mereka secara
sungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal
pekerjaan dibandingkan dengan anak perempuan yang memandang pekerjaan sebagai
pengisi waktu sebelum menikah.
6. Persiapan
untuk memasuki kehidupan berkeluarga.
Kecenderungan kawin muda menyebabkan
persiapan perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam
tahun-tahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang
berangsur-angsur mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek
seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit dipersiapkan di rumah,
di sekolah dan di perguruan tinggi. Dan lebih-lebih lagi persiapan tentang
tugas-tugas dan tanggung jawab kehidupan keluarga. Kurangnya persiapan ini
merupakan salah satu penyebab dari “masalah yang tidak terselesaikan” yang oleh
remaja dibawa ke dalam masa dewasa.
a. Hakikat
Tugas
Mengembangkan
sikap yang positif terhadap kehidupan berkeluarga. Khusus untuk remaja putri
termasuk di dalamnya kesiapan untuk mempunyai anak.
b. Dasar
Biologis
Kematangan
seksual yang normal yang menumbuhkan ketertarikan antar jenis kelamin.
c. Dasar
Psikologis
Sikap remaja
terhadap perkawinan sangat bervariasi. Ada yang menunjukkan rasa takut, tetapi
ada juga yang menunjukkan sikap bahwa perkawinan justru merupakan suatu
kebahagiaan hidup.
d. Dasar
Kebudayaan
Pernikahan
merupakan lembaga kehidupan sosial yang penting, karena melalui pernikahan umat
manusia dapat terpelihara harkat dan martabatnya sebagai makhluk yang mulia di
hadapan Alloh SWT. Pernikahan merupakan lembaga sacral dan yang mengesahkan
jalinan/hubungan cinta kasih dua insane yang berbeda jenis kelaminnya.
Secara teoritis, masa remaja dapat
dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama adalah pubertas dan fase kedua
adalah adolesens. Fase pertama menitikberatkan pada perkembangan fisik dan
seksual, serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala psikososial. Sedangkan fase
kedua menitikberatkan pada aspek-aspek nilai, moral, pandangan hidup, dan
hubungan kemasyarakatan. (Siti Rahayu Haditono, 1991).
Berdasarkan pada pembagian masa remaja
ke dalam dua fase tersebut, pembahasan tugas perkembangan remaja berkenaan
dengan kehidupan berkeluarga menitikberatkan pada masa remaja fase keduayaitu
fase adolesens. Pada fase adolesens, tugas perkembangan yang berkaitan dengan
kehidupan keluarga merupakan tugas yang sangat penting dan harus dapat
diselesaikan dengan baik meskipun dirasakan sangat berat. Ini cukup beralasan
karena selama tahun pertama dan kedua perkawinan, pasangan muda harus melakukan
penyesuaian diri satu sama lain terhadap anggota keluarga masing-masing.
Sementara itu ketegangan emosional masih sering timbul pada mereka.
Dari sekian banyak masalah penyesuaian
diri dalam kehidupan berkeluarga atau perkawinan, ada empat unsur utama yang
paling penting bagi kebahagiaan perkawinan, yaitu : Penyesuaian dengan
pasangan, Penyesuaian seksual, Penyesuaian keuangan ; dan Penyesuaian dengan
pihak keluarga masing-masing.
Berkaitan dengan empat penyesuaian diri
remaja dalam kehidupan keluarga dan perkawinan, ada sejumlah faktor yang
memengaruhinya, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor
yang memengaruhi penyesuaian terhadap pasangan ialah konsep tentang pasangan
yang ideal, pemenuhan kebutuhan, kesamaan latar belakang, minat, kepentingan
bersama, kepuasan nilai, konsep peran, dan perubahan dalam pola hidup.
2. Faktor
penting yang memengaruhi penyesuaian seksual ialah perilaku seksual, pengalaman
seksual masa lalu, dorongan seksual, pengalaman seksual martial awal, serta
sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi.
3. Faktor
yang memengaruhi penyesuaian diri dengan pihak keluarga pasangan ialah
seterotipe tradisional, keinginan untuk mandiri, fanatisme keluarga, mobilitas
sosial, anggota keluarga berusia lanjut, dan bantuan keuangan untuk keluarga
pasangan.
Masih dalam konteks penyesuian diri
dalam kehidupan berkeluarga dan perkawinan, ada sejumlah kriteria keberhasilan
penyesuaian kehidupan berkeluarga dan perkawinan yaitu, Kebahagiaan pasangan
suami istri, Hubungan yang baik antara anak dan orang tua, Penyesuaian yang
baik dari anak-anak, Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan
pendapat, Kebersamaan, Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan, dan
Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan.
7. Mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi
kewarganegaraan.
Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan
perkembangan keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan
sosial. Namun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan keterampilan dan
konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif dalam berbagai aktivitas
ekstrakurikuler menguasai praktek demikian namun mereka yang tidak aktif
–karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima oleh
teman-teman- tidak memperoleh kesempatan ini.
a. Hakikat
Tugas
Mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi, dan kemayarakatan.
Mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi, dan kemayarakatan.
b. Dasar
Biologis
Pada usia 14 tahun, sistem syaraf dan otak telah mencapai tahap ukuran kedewasaan.
Pada usia 14 tahun, sistem syaraf dan otak telah mencapai tahap ukuran kedewasaan.
c. Dasar
Psikologis
Berkembangnya kemampuan kejiwaan yang cukup besar dan perbedaan individu dalam perkembangan kejiwaan yang sangat erat hubungannya dengan perbedaan dalam penguasaan bahasa, pemaknaan, perolehan konsep-konsep, minat, dan motivasi.
Berkembangnya kemampuan kejiwaan yang cukup besar dan perbedaan individu dalam perkembangan kejiwaan yang sangat erat hubungannya dengan perbedaan dalam penguasaan bahasa, pemaknaan, perolehan konsep-konsep, minat, dan motivasi.
d. Dasar
Kebudayaan
Kehidupan modern yang kompleks menuntut individu agar memiliki kemapuan berpikir yang tinggi agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kehidupan modern yang kompleks menuntut individu agar memiliki kemapuan berpikir yang tinggi agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
8. Mencapai
dan mengharapkan tingkah laku sosial yang bertanggungjawab.
Erat
masalahnya dengan masalah pengembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia
nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas untuk mengembangkan
perilaku sosial yang bertanggung jawab. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh
teman-teman sebaya, tetapi hal ini seringkali dianggap tidak bertanggung jawab.
Misalnya, kalau menghadapi ujian, maka remaja harus memilih antara standar
dewasa dan standar teman-teman.
a. Hakikat
Tugas
Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku.
Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku.
b. Dasar
Biologis
Tugas ini tidak terlalu menuntut dasar biologis. Tugas ini berkaitan erat dengan pengaruh masyarakat terhadap individu, kecuali jika menerima adanya insting sosial pada manusia atau memandang bagus tingkah laku remaja merupakan sublimasi dari dorongan seksual.
Tugas ini tidak terlalu menuntut dasar biologis. Tugas ini berkaitan erat dengan pengaruh masyarakat terhadap individu, kecuali jika menerima adanya insting sosial pada manusia atau memandang bagus tingkah laku remaja merupakan sublimasi dari dorongan seksual.
c. Dasar
Psikologis
Proses untuk mengikatkan diri individu kepada kelompok sosialnya telah berlangsung sejak individu dilahirkan.Sejak kecil anak diminta untuk belajar menjaga hubungan baik dengan kelompok, berpartisipasi sebagai anggota kelompok sebaya, dan belajar bagaimana caranya berbuat sesuatu untuk kelompoknya. Ini berlangsung sampai dengan individu itu mencapai fase remaja.
Proses untuk mengikatkan diri individu kepada kelompok sosialnya telah berlangsung sejak individu dilahirkan.Sejak kecil anak diminta untuk belajar menjaga hubungan baik dengan kelompok, berpartisipasi sebagai anggota kelompok sebaya, dan belajar bagaimana caranya berbuat sesuatu untuk kelompoknya. Ini berlangsung sampai dengan individu itu mencapai fase remaja.
d. Dasar
Kebudayaan
Dalam masyarakat modern kurang memperhatikan upacara-upacara yang dapat menunjang perkembangan rasa bertanggung jawab pada remaja, apabila dibandingkan dengan masyarakat primitif yang menetapkan remaja sebagai pewaris adat yang bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup bangsanya.
Dalam masyarakat modern kurang memperhatikan upacara-upacara yang dapat menunjang perkembangan rasa bertanggung jawab pada remaja, apabila dibandingkan dengan masyarakat primitif yang menetapkan remaja sebagai pewaris adat yang bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup bangsanya.
9. Memperoleh
suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku.
Sekolah dan pendidikan tinggi juga
mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa;
orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa
bertentangan dengan nilai-nilai teman sebaya, maka remaja harus memilih yang
terakhir bila mengharapkan dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan
sosial mereka.
a. Hakikat
Tugas
Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan remaja mengembangkan dan merealisasikan nilai-nilai, mendefinisikan posisi individu dalam hubungannya dengan individu lain, dan memegang suatu gambaran dunia dan suatu nilai untuk kepentingan hubungan dengan individu lain.
Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan remaja mengembangkan dan merealisasikan nilai-nilai, mendefinisikan posisi individu dalam hubungannya dengan individu lain, dan memegang suatu gambaran dunia dan suatu nilai untuk kepentingan hubungan dengan individu lain.
b. Dasar
Psikologis
Banyak remaja yang menaruh perhatian pada problem filosofis dan agama. Ini diperoleh remaja melalui identifikasi dan imitasi pribadi ataupun penalaran dan analisis tentang nilai.
Banyak remaja yang menaruh perhatian pada problem filosofis dan agama. Ini diperoleh remaja melalui identifikasi dan imitasi pribadi ataupun penalaran dan analisis tentang nilai.
c. Dasar
Kebudayaan
Sebagian besar masyarakat modern hidup dalam kehidupan kebobrokan moral, manusia modern kurang mengakui hukum moral tuhan.Beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa.
Sebagian besar masyarakat modern hidup dalam kehidupan kebobrokan moral, manusia modern kurang mengakui hukum moral tuhan.Beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa.
10. Nilai-nilai
Akidah, Ibadah dan Ahlakul Karimah Bagi Umat Muslim (Keyakinan dan Pendalaman)
A. Nilai-nilai
agama profil sikap & perilaku remaja Akidah (keyakinan):
1. Meyakini
Allloh sebagai Pencipta.
2. Meyakini
bahwa agama sebagai pedoman hidup.
3. Meyakini
bahwa Alloh Maha Melihat.
4. Meyakini
hari akhirat sebagai hari pembalasan amal manusia.
5. Meyakini
bahwa Alloh Maha Penyayang dan Pengampunan
B. Ibadah
dan akhlakul karimah
1. Melaksanakan
ibadah (mahdoh) seperti salat, shaum, berdoa, dll.
2. Membaca
kitab suci dan mendalaminya.
3. Mengendalikan
hawa nafsu dari sikap dan perbuatan yang diharamkan Alloh.
4. Bersikap
hormat kepada orang tua dan orang lain.
5. Menjalin
silaturahim dengan orang lain.
6. Bersyukur.
7. Bersabar.
8. Memelihara
kebersihan.
9. Memiliki
etos belajar yang tinggi.
Tidak semua remaja dapat memenuhi
tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah
yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
1. Masalah
pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di
rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan
nilai-nilai.
2. Masalah
khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada
remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian
berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih
sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Erikson (1968, dalam Papalia, Olds &
Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity
versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan
psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari
identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan
sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds
& Feldman, 2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja
harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat,
apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang
remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai,
serta minat yang dimilikinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penguasaan tugas-tugas perkembangan :
Yang menghalangi :
Yang menghalangi :
1.
Tingkat perkembangan yang mundur.
2.
Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas
perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya.
3.
Tidak ada motivasi.
4.
Kesehatan yang buruk.
5.
Catat tubuh.
6.
Tingkat kecerdasan yang rendah.
Yang membantu
:
1. Pertumbuhan
fisik remaja.
2. Perkembangan
psikis remaja.
3. Kedudukan
atau posisi anak dalam keluarga.
4. Tingkat
perkembangan yang normal atau yang diakselerasikan.
5. Kesempatan-kesempatan
untuk mempelajari tugas-tugas dalam perkembangan dan bimbingan untuk
menguasainya.
6. Motivasi.
7. Kesehatan
yang baik dan tidak ada catat tubuh.
8. Tingkat
kecerdasan yang tinggi.
9. Kelancaran
pelaksanaan tugas-tugas perkembangan masa sebelumnya.
10. Kreativitas.
F.
Karakteristik Perilaku dan Pribadi Pada Masa
Remaja
Dengan
merujuk pada berbagai ciri-ciri dari aspek perkembangan individu sebagaimana
telah dikemukakan terdahulu, di bawah ini disajikan berbagai karakteristik
perilaku dan masa remaja, yang terbagi ke dalam bagian dua kelompok yaitu
remaja awal (11-13 s.d. 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 s.d. 18-20 tahun)
meliputi aspek : fisik, psikomotor, bahasa, kognitif, sosial, moralitas,
keagamaan, konatif, emosi afektif dan kepribadian.
Remaja Awal
(11 – 13 th s/d 14 – 15 th)
|
Remaja Akhir
(14 – 16 th s/d 18 – 20 th)
|
Fisik
|
|
1. Laju perkembangan secara umum
berlangsung cepat
|
1.
Laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat
|
2. Proporsi ukuran tinggi dan berat
badan seringkali kurang seimbang
|
2.
Proporsi tinggi dan berat badan cenderung seimbang, mendekati kekuatan
orang dewasa
|
3. Munculnya ciri – ciri sekunder
(timbul bulu pada public region, otot mengembang pada bagian – bagian
tertentu) disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstrulasi
pada wanita dan day dreaming pada laki - laki)
|
3.
Siap berfungsinya organ – organ reproduktif seperti pada orang dewasa
|
Psikomotorik
|
|
1. Gerak gerik tampang canggung dan
kurang terorganisasi
|
1. Gerak gerik mulai mantap
|
2. Aktif dalam berbagai cabang jenis
permainan
|
2. Jenis dan jumlah permainan terbatas
dan lebih selektif pada keterampilan yang menunjang dalam persiapan kerja
|
Bahasa
|
|
1. Berkembangnya penggunaan bahasa
sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing.
|
1. Lebih
memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang dipilihnya.
|
2. Menggemari
literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik dan estetik.
|
2. Menggemari
literatur yang bernafaskan dan mengandung nilai-nilai filosofis, ethis,
religius
|
Perilaku Kognitif
|
|
1. Proses berfikir sudah mampu
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferen-siasi,
komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas.
|
1. Sudah mampu meng-operasikan
kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuan membuat generalisasi yang
lebih bersifat konklusif dan komprehensif.
|
2. Kecakapan dasar intelektual
menjalani laju perkembangan yang terpesat.
|
2. Tercapainya titik puncak kedewasaan
bahkan mungkin mapan (plateau) yang suatu saat (usia 50-60)
menjadi deklinasi.
|
3. Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai
menujukkan kecenderungan – kecenderungan yang lebih jelas.
|
3. Kecenderungan bakat tertentu
mencapai titik puncak dan kemantapannya
|
Perilaku Sosial
|
|
1. Diawali dengan kecenderungan
ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi
bersifat temporer.
|
1. Bergaul dengan jumlah teman yang
lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman dekat).
|
2. Adanya kebergantungan yang kuat
kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.
|
2. Kebergantungan kepada kelompok
sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak
memiliki kesamaan minat.
|
Moralitas
|
|
1. Adanya ambivalensi antara keinginan
bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari
orang tua.
|
1. Sudah dapat memisahkan antara
sistem nilai – nilai atau normatif yang universal dari para pendukungnya yang
mungkin dapat ber-buat keliru atau kesalahan.
|
2. Dengan sikapnya dan cara
berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis
dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
|
2. Sudah berangsur dapat menentukan
dan menilai tindakannya sendiri atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan
dianutnya sesuai dengan hati nuraninya.
|
3. Mengidentifikasi dengan tokoh
moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.
|
3. Mulai dapat memelihara jarak dan
batas-batas kebebasan- nya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya.
|
Perilaku Keagamaan
|
|
1. Mengenai
eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara
kritis dan skeptis.
|
1. Eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan Tuhan mulai dipahamkan dan dihayati menurut sistem kepercayaan atau
agama yang dianutnya.
|
2. Penghayatan kehidupan keagamaan
sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa
dari luar dirinya.
|
2. Penghayatan kehidupan keagamaan
sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan pertimbangan hati
nuraninya sendiri secara tulus ikhlas
|
3. Masih mencari dan mencoba menemukan
pegangan hidup
|
3. Mulai menemukan pegangan h
|
Konatif, Emosi, Afektif dan
Kepribadian
|
|
1. Lima
kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan
aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya
|
1. Sudah menunjukkan arah
kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadiannya.
|
2. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya
masih labil dan belum terkendali seperti pernya-taan marah, gembira atau
kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam yang cepat
|
2. Reaksi-reaksi dan
ekspresi emosinalnya tampak mulai terkendali dan dapat menguasai
dirinya.
|
3. Kecenderungan-kecenderungan
arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis,
dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
|
3. Kecenderungan titik berat ke arah
sikap nilai tertentu sudah mulai jelas seperti yang akan ditunjukkan oleh
kecenderungan minat dan pilihan karier atau pendidikan lanjutannya; yang juga
akan memberi warna kepada tipe kepribadiannya.
|
4.
Merupakan masa kritis dalam rangka meng-hadapi krisis identitasnya yang
sangat dipengaruhi oleh kondisi psiko-sosialnya, yang akan membentuk
kepribadiannnya.
|
4. Kalau kondisi psikososialnya
menunjang secara positif maka mulai tampak dan ditemukan identitas
kepriba-diannya yang relatif definitif yang akan mewarnai hidupnya sampai
masa dewasa.
|
G.
Implikasi
Tugas-tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan
Masing-masing tugas perkembangan itu
membawa implikasi yang berbeda dalam penyelanggaraan pendidikan, yaitu dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan nonakademik
berkenaan dengan penyesuaian peran sosial, pemahaman terhadap kondisi fisik dan
psikologis, serta pemahaman dan penghayatan peran jenis kelamin.
Tugas-tugas perkembangan remaja harus
dapat diselesaikan dengan baik, karena akan membawa implikasi penting bagi
penyelenggaraan pendidikan dalam rangka membantu remaja tersebut, yaitu sebagai
berikut :
1. Sekolah
dan perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-kegiatan
nonakademik melalui berbagai perkumpulan, misalnya perkumpulan penggemar
olahraga sejenis, kesenian, dan lain-lain.
2. Apabila
ada remaja putra atau putri bertingkah laku tidak sesuai dengan jenis
kelaminnya, mereka perlu dibantu melalui bimbingan dan konseling. Demikian
juga, apabila seorang wanita lebih mementingkan studi dan kariernya daripada
menaruh perhatiannya menjadi seorang ibu, hendaknya sekolah turut membantunya
agar mereka mampu menerima peranannya sebagai wanita.
3. Siswa
yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba dalam kegiatan
kelompoknya sendiri. Perlu diberikan penjelasan melalui bidang studi biologi
dan ilmu kesehatan bahwa pada diri remaja sedang terjadi perubahan jasmani yang
bervariasi. Kepada siswa juga diberikan kesempatan untuk bertanya jawab tentang
perkembangan jasmani itu.
4. Pemberian
bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat
dan keinginannya, sesuai dengan sistem kemasyarakatan yang dianutnya, dan
membantu siswa mendapatkan pendidikan yang bermanfaat untuk memepersiapkan diri
memasuki pekerjaan. Semua ini hendaknya dilakukan oleh semua personil sekolah,
terutama perugas bimbingan dan konseling, yaitu guru pembimbing atau konselor
sekolah.
Dalam
literatur klasik psikologi, emosi merupakan reaksi (kejiwaan) yang muncul
lantaran adanya stimulan. Emosi yang biasanya terjadi pada masa remaja adalah
emosi fruktuatif (emosi yang mudah berubah).
Sering kali remaja masih belum dapat melepas sifat kekanak-kanakannya,
mereka masih terikat dengan orang tua. Dalam hal itu terkadang remaja berdebat
dan dengan tidak segan mereka menolak jika tidak sesuai dengan keinginan
mereka. Tetapi apapun yang terjadi hal tersebut
harus dilakukan agar mendapatkan hasil kemandirian yang optimal.
Sebenarnya
dalam masalah tersebut remaja ingin melepaskan dirinya dari pengaruh orang tua
yang dirasa membelenggu kebebasan remaja. Mereka ingin dapat memutuskan segala
sesuatunya sendiri tanpa bergantung pada emosional orang tua. Ketika remaja
mengalami suatu sisi kekecewaan, kesedihan, dan remaja benar-benar merasa
sendiri mereka tetap ingin melewati keadaan itu dengan usahanya sendiri, tanpa
pengaruh dari orang tua. . Meskipun remaja dapat
mendiskusikan masalah-masalahnya dengan ayah atau ibunya, tetapi mereka ingin
memperoleh kemandirian secara emosional dengan mengatasi sendiri
masalah-masalahnya dan ingin memperoleh status yang menyatakan bahwa dirinya
sudah dewasa.
Perkembangan kemandirian emosional
remaja, tidak terlepas dari penerapan pengasuhan orang tua melalui interaksi
antara ibu dan ayah dengan remajanya. Orang tua merupakan lingkungan pertama
yang paling berperan dalam pengasuhan anak remajanya, sehingga mempunyai
pengaruh yang paling besar pada pembentukan kemandirian emosional remaja.
Masa remaja merupakan masa yang penuh
gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat.
sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan
mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban
pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski
mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu
merupakan gejala atau masalah psikologis.
Untuk memperoleh kebebasan emosinal itu, terkadang remaja melakukan ‘pemberontakan ’ pada sikap orang tua. Bila hal ini terus dilakukan dalam artian pertentangan keadaan tersebut tidak dapat terselesaikan dalam rumah, remaja biasanya mencari kedamaian diri diluar rumah. Hal tersebut dapat mempengaruhi remaja untuk lebih percaya pada teman-teman selingkungannya dibandingkan dengan orang tuanya sendiri.
Untuk memperoleh kebebasan emosinal itu, terkadang remaja melakukan ‘pemberontakan ’ pada sikap orang tua. Bila hal ini terus dilakukan dalam artian pertentangan keadaan tersebut tidak dapat terselesaikan dalam rumah, remaja biasanya mencari kedamaian diri diluar rumah. Hal tersebut dapat mempengaruhi remaja untuk lebih percaya pada teman-teman selingkungannya dibandingkan dengan orang tuanya sendiri.
Dalam hal ini
diharapkan pengertian orang tua untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat
menindas, akan tetapi berusaha membimbingnya secara bertahap. Usahakan jangan
menciptakan suasana lingkungan yang lain, yang kadang-kadang menjerumuskannya.
Anak menjadi nakal, pemberontak dan malah mempergunakan narkotika
(menyalahgunakan obat).
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Havighrust mendefinisikan tugas perkembangan,
adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari
kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan
membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan
tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam
menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Semua tugas perkembangan pada masa remaja
dipusatkan pada pusakan penanggulangan sikap dan pola perilaku yang
kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Ada
sejumlah tugas perkembangan remaja yang penting, yaitu :
1.
Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan
teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
2.
Mencapai peran sosial maskulin dan feminin
3.
Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya
secara efektif
4.
Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan
orang dewasa lainnya
5.
Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
6.
Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
7.
Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan
kehidupan keluarga
8.
Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual
untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara
9.
Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat
dipertanggungjawabkan secara sosial
10. Memperoleh
rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku. (Havighurst dalam
Hurlock, 1973).
Tidak semua remaja dapat memenuhi
tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah
yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
1.
Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan
dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi,
penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
2.
Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat
status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian,
kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak
yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
B. SARAN
Penulis sadar bahwa makalah yang saya buat
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi lancarnya penulisan makalah mengenai tugas
– tugas perkembangan pada masa remaja dan penyesuaian diri remaja yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Admin.
2011. Perkembangan Psikologi Remaja. http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/
. (Online) diakses 5 September 2012
pukul 7.31
Ali,
Mohammad. Psikologi Perkembangan : Aksara
Caesar.
2010. Makalah Tugas Perkembangan Masa Remaja dan Pengukurannya. http://arihdyacaesar.wordpress.com/2010/04/02/makalah-tugas-perkembangan-masa-remaja-dan-pengukurannya/
. (Online) diakses 5 September 2012 pukul 7.35
Ekowati,
Sofia. Remaja dan Permasalahannya. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=perkembangan+pada+masa+remaja&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CDMQFjAD&url=http%3A%2F%2Fsofia-psy.staff.ugm.ac.id%2Ffiles%2Fremaja_dan_permasalahannya.doc&ei=wZdGUP-lGcqxrAeew4HYBg&usg=AFQjCNHq_a8bqOhg7jJImY51Q9y8VnL_LA
. (Online) diakses 5 September 2012,
pukul 7:00
Hurlock,
Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Sanghiang.
2010. Perkembangan dan Karakteristik Prilaku Pada Masa Remaja . http://ekookdamezs.blogspot.com/2012/06/perkembangan-dan-karakteristik-prilaku.html
(Online) diakses 5 September 2012 pukul 7.32
Setiawan,
Darsana. Drs, M.Si. 2008. Perkembangan Psikologi Remaja. http://darsanaguru.blogspot.com/2008/03/perkembangan-psikologi-remaja.html
. (Online) diakses 5 September 2012 pukul 13.47
Yusuf,
Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar