MAKALAH PERTUMBUHAN FISIK REMAJA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa
remaja merupakan masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis,
dan pematangan fungsi seksual. Remaja dalam perkembanganya seringkali prihatin
selama tahun-tahun awal remaja. Salah satu sumber keprihatinan tersebut adalah
perubahan bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku
sebagai akibat dari perkembangan seksual sekunder yang dialami remaja.
Istilah
perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Van
den Daele “perkembangan berarti perubahan secara kualitatif”. Ini berarti bahwa
perkembangan bukan sekedarpenambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan
seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses
integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.
Namun,
makalah yang kami uraikan disini adalah perkembangan remaja dari segi fisiknya.
Oleh karena itu kami menyusun makalah yang berjudul “Pertumbuhan Fisik Remaja”.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah
yang dimaksud dengan remaja itu?
2. Bagaimana
pertumbuhan fisik pada masa remaja?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik pada remaja?
4. Bagaimana
dampak pertumbuhan fisik remaja?
C. Tujuan
Pembahasan
Tujuan penulisan makalah yang berjudul Pertumbuhan Fisik Pada Remaja antara lain:
1.
Untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan remaja itu.
2.
Untuk mengetahui
bagaimana proses pertumbuhan fisik pada masa remaja.
3.
Untuk mengetahui
apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik pada remaja.
4.
Untuk mengetahui
dampak pertumbuhan fisik remaja terhadap psikologis remaja, baik yang positif maupun negatif.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Remaja
Remaja
didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan fisik karena
pubertas serta perubahan kognitif dan sosial. Menurut Seifert dan Hoffnung (1987),
periode ini umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan
fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun.
Sedangkan
Undang-undang Kesejahteraan Anak (UU No.4/1979) misalnya, menganggap semua
orang dibawah usia 21 tahun dan belum menikah sebagai anak-anak lain karenanya
berhak mendapat perlakuan dan kemudahan-kemudahan yang diperuntukkan bagi anak
(misalnya pendidikan, perlindungan dari orang tua dll).
Ada
dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama –
yang dicetuskan oleh psikolog G.Stanley Hall - adolescence is a time of “storm
and stress “. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan
jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan
emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik)
pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert
& Hoffnung, 1987).Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini
bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik. Keyakinan ini tercermin
dari teori mereka tentang perkembangan manusia.
Menurut pandangan
teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti
yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu
beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta
mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari
orang tua dan masyarakatnya.
Bila dikaji, kedua
pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami
kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh
konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami
kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus)
secara bergantian (fluktuatif).
B. Pertumbuhan
Fisik Pada Masa Remaja
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu
lain yang terkait (seperti biologi dan ilmu faal) remaja di kenal sebagai suatu
tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai
kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan
tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara faali
alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Pada akhir
dari peran perkembangan fisik ini akan terjadi seorang pria yang berotot dan
berkumis/berjanggut yang mampu menghasilkan beberapa ratus juta sel mani
(spermatozoa) setiap kali ia berejakulasi (memancarkan air mani), atau
seseorang wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya
mengeluarkan sebuah sel telur dari indung telurnya.
Sebagai makluk yang lambat
perkembangannya, masa pematangan fisik ini berjalan lebih kurang 2 tahun dan biasanya di hitung
mulai haid yang pertama pada wanita atau sejak seorang laki-laki mengalami
mimpi basahnya (mengeluarkan air mani pada waktu tidur) yang pertama. Masa yang
2 tahun ini di namakan pubertas (inggris = puberty), yang dalam bahasa latin
berarti usia kedewasaan (the age of manbord) yang berkaitan dengan kata
latinnya pubescere yang berarti masa pertumbuhan rambut didaerah tulang pufic
(di wilayah kemaluan).
Masa pubertas (atau disebut juga
masa puber) seperti yang sudah disebutkan diatas berawal dari haid dan mimpi
basah yang pertama. Tetapi pada usia berapa persisnya masa puber ini dimulai
sulit ditetapkan, oleh karena itu, cepat lambatnya haid atau mimpi basah sangat
bergantung pada kondisi tubuh masing masing imdividu. Jadi sangat
bervariasi. Ada anak perempuan yang
sudah haid pada umur 10 tahun atau bahkan 9 tahun (ia masih duduk pada kelas 3 SD), sebaliknya
ada yang baru memperolehnya pada usia 17 tahun pada waktu kelas 2 SMA.
Selain itu, haid yang pertama
(dalam bahasa inggris
“menarche”) nampaknya ada kaitanya dengan perkembangan masyarakat. Sebuah
penelitian di Perancis,
telah membuktikan bahwa usia menarche pada rata-rata remaja Perancis makin menurun
pada tahun-tahun ini.
Seseorang
akan mengalami pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat
pada usia remaja yang dikenal dengan istilah growth spurt. Growth spurt
merupakan tahap pertama dari serangkaian perubahan yang membawa seseorang
kepada kematangan fisik dan seksual.
Pada
usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja putra USA sekitar 150, sementara
remaja putri sekitar 154 cm. Pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja putra
USA sekitar 177 cm, sedangkan remaja putri hanya 163 cm. Kecepatan pertumbuhan tertinggi pada
remaja putri terjadi sekitar usia 11 – 12 tahun, sementara pada remaja putra,
dua tahun lebih lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum ini, remaja putri
bertambah tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra bertambah
lebih dari 4 inci per tahunnya (Marshall, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).
Seperti
halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja.
Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan
lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup.
Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak daripada remaja putra. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja putra menurun dari sekitar 18 – 19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26 – 27 % (Sinclair, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).
Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak daripada remaja putra. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja putra menurun dari sekitar 18 – 19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26 – 27 % (Sinclair, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).
Saat
ini, remaja mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal
dan cepat berakhir daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend
secular.
Sebagai
contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai menstruasi
sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun. Di tahun 1880,
laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan
perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum
pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun.
Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.
Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.
Pubertas
adalah periode pada masa remaja awal yang dicirikan dengan perkembangan
kematangan fisik dan seksual sepenuhnya (Seifert & Hoffnung, 1987).
Pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan pada ciri-ciri seks primer dan
sekunder.
Ciri-ciri
seks primer memungkinkan terjadinyanya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini
meliputi perubahan pada vagina, uterus, tube fallopi, dan ovari. Perubahan ini
ditandai dengan munculnya menstruasi pertama. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi
perubahan pada penis, scrotum, testes, prostate gland, dan seminal vesicles.
Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk
bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama
kali (biasanya melalui wet dream).
Ciri-ciri
seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada
bagian tertentu tubuh, serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya
dengan perubahan hormonal. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh
kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan melalui aliran darah menuju berbagai
organ tubuh.
Kelenjar
seks wanita (ovaries) dan pria (testes) mengandung sedikit hormon. Hormon ini
berperan penting dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di
dalam otak) merangsang testes dan ovaries untuk memproduksi hormon yang
dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada di atas batang
otak.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja
1.
Pengaruh
Hormon
Penyebab perubahan pada masa remaja
adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endokrin.
Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua macam hormon
yang diduga erat ada hubungannya dengan perubahan pada masa remaja. Kedua
hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan
ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang
gonat yaitu merangsang gonat supaya aktif bekerja. Seluruh proses ini di
kendalikan oleh rangsangan yang dilakukan kelenjar hypothalamus, yaitu kelenjar
yang di kenal sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada masa remaja
dan terletak di otak.
2.
Pengaruh
Keluarga
Pengaruh faktor keluarga disini meliputi
faktor keturunan maupun lingkungan. Faktor keturunan menyebabkan anak mewarisi
sifat genetik orang tua. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai
tidaknya perwujudan potensi keturunan yang di bawa anak tersebut.
3.
Pengaruh
Gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi cukup
biasanya akan sedikit lebih cepat mencapai taraf remaja dibandingkan dengan
mereka yang kurang memperoleh gizi.
4.
Gangguan
Emosional
Anak yang terlalu sering mengalami
gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang
berlebihan, dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon
pertumbuhan di kelenjar pituitari. Bila terjadi hal demikian, pertumbuhan awal
remajanya terhambat.
5.
Jenis
Kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi
dan lebih berat daripada anak perempuan. Kecuali pada usia antara 12 dan 15
tahun. Anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat
daripada anak laki-laki. Terjadinya perbadaan berat dan tinggi tubuh ini karena
bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan.
6.
Status
Sosial Ekonomi
Anak-anak yang berasal dari keluarga
dengan status sosial ekonomi yang rendah, cenderung lebih kecil darpada anak
yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya tinggi.
7.
Kesehatan
Anak-anak yang sehat dan jarang sakit,
biasanya akan memiliki tubuh yang lebh berat daripada anak yang sering sakit.
8.
Pengaruh
Bentuk Tubuh
Bangun atau bentuk tubuh entah itu
mesamorf, ektomorf, atau endomorf, akan mempengaruhi besar kecilnya tubuh anak.
D. Dampak Pertumbuhan Fisik Remaja
Perubahan-perubahan
fisik itu menyebabkan kecanggungan bagi para remaja karena ia harus
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.
Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya, atau pembesaran payudara yang terlalu
cepat akan membuat remaja merasa malu atau kurang percaya diri. Demikian pula
dalam menghadapi haid dan “mimpi” yang pertama. Anak-anak remaja itu perlu
mengadakan penyesuaian tingkah laku dan dukungan dari pihak lain orang tua.
Perubahan
fisik selalu disertai oleh perubahan sikap dan perilaku. Keadaan ini sering
menjadi sedikit parah karena perbedaan sikap orang-orang di sekelilingnya dan
sikapnya sendiri dalam menanggapi perubahan fisik tersebut. Dalam masa remaja,
perubahan yang terjadi sangat mencolok, sehingga dapat mengganggu keseimbangan
yang sebelumnya sudah terbentuk. Perilaku mereka mendadak semakin sulit diduga
dan sering agak melawan nilai dan norma sosial yang berlaku. Oleh karena itu
masa ini sering dinamakan sebagai masa negatif atau masa pancaroba. Pada saat
irama pertumbuhan sedikit lambat dan perubahan tubuhnya telah sempurna maka
akan terjadi keseimbangan kembali.
Meskipun
pengaruh pubertas terhadap remaja berbeda-beda, cara mereka melampiaskan
gangguan ketidakseimbangan itu hampir sama. Beberapa bentuk pelampiasan yang
dapat terlihat adalah ia menjadi mudah tersinggung, sangat pemalu, ada
kecenderungan menarik diri dari keluarga atau teman, lebih senang menyendiri,
menentang otoritas orang tua dan guru, mendambakan kemandirian, sangat kritis
terhadap orang lain, tidak suka melakukan tugas di rumah ataupun di sekolah,
dan sangat tampak bahwa dirinya tertekan dan tidak bahagia.
Karena
sedang terjadi perubahan beberapa kelenjar pertumbuhan yang menyebabkan
terjadinya perubahan dalam bentuk ukuran tubuhnya, anak-anak remaja ini secara
fisik sering merasa sangat tidak nyaman, sering mengeluh, gelisah, nafsu makan
berkurang, mengalami gangguan pencernaan, sakit kepala, sakit punggung, dan
sebagainya karena tubuhnya bertambah besar dan panjang. Gangguan ini lebih banyak
menghinggapi anak perempuan daripada anak laki-laki.
Anak-anak
remaja terlalu memerhatikan keadaan tubuhnya yang sedang mengalami proses
perubahan. Tanggapan atas perubahan dirinya itu dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu mereka yang terlalu memerhatikan normal atau tidak dirinya dan mereka
yang terlalu memikirkan tepat atau tidaknya kehidupan kelaminnya. Jika mereka
memerhatikan teman sebayanya, kemudian dirinya berbeda dari mereka maka akan
muncul pikiran tentang normal tidaknya dirinya. Misalnya, perbedaan dalam hal
kecepatan pertumbuhan dapat menimbulkan kekhawatiran dalam dirinya. Anak-anak
yang cepat dan lebih awal tumbuh sering merasa khawatir bahwa pada masa
dewasanya nanti, tubuhnya akan terlalu besar dan tinggi, sedangkan anak yang
mulai tumbuh pendek sampai dewasa akan an kehidupan merasa khawatir pertumbuhan
dan kehidupan kelaminnya tidak akan berkembang secara normal.
Apabila
tertinggal dari teman sebayanya dalam hal minat dan kegiatan lain, atau kurang
berminat dalam kegiatan sebayanya, mereka lalu khawatir apakah mereka akan
menjadi dewasa. Terlalu memerhatikan keadaan kehidupan kelaminnya juga
merupakan hal yang biasa terjadi dalam tahap ini. Pada saat seorang mencapai
remaja, dalam pikirannya telah terbentuk konsep mengenai wajar-tidaknya
kehidupan kelamin dalam penampilan seseorang. Konsep ini terbentuk melalui
pengalaman si anak sehari-hari misalnya dari televisi, buku cerita, komik, atau
dari orang-orang disekelilingnya yang dikagumi. Bila mereka berpendapat bahwa
dirinya tidak wajar. Sayangnya, konsep yang telah terbentuk ini sukar sekali
dihilangkan, bahkan mungkin dapat menetap seumur hidupnya.
Salah
satu dari beberapa konsekuensi masa remaja yang paling penting adalah pengaruh
jangka panjangnya terhadap sikap, perilaku sosial, minat, dan kepribadiannya.
Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa ciri kepribadian dan sikap tertentu
yang sudah terbentuk ini biasanya sulit dihilangkan, bahkan dalam beberapa
kasus tampak semakin parah. Pengaruh ketidaknyamanan pada masa remaja yang paling
menetap adalah dalam hal penyimpangan kematangan kelaminnya. Perkembangan
kehidupan kelamin yang tidak wajar ini akan menimbulkan pengaruh pada anak
laki-laki dan juga pada anak perempuan, bahkan pengaruh itu tidak hanya terjadi
di masa remaja, tetapi dapat berlanjut lebih lama lagi. Bagi anak laki-laki
yang mengalami perkembangan kelamin lebih awal, secara sosial lebih
menguntungkan, sedangkan bagi anak perempuan tidak sedemikian halnya.
Tinggi,
berat, dan kekuatan tubuh yang jauh melebihi teman sebayanya bagi anak
laki-laki akan dapat meningkatkan citra dirinya di depan teman sebayanya dari
kedua jenis kelamin. Sebaliknya, bila kematangan kelamin ini terlalu cepat
terjadi pada anak gadis, ia akan memperoleh sebutan atau label yang tidak
menyenangkan. Keadaan ini sering menimbulkan pengaruh buruk pada anak perempuan
yang termasuk lambat dalam kematangan kelaminnya, ia akan kehilangan kesempatan
untuk menaikkan citra dirinya, merasa kurang dihargai, dan sering diabaikan.
Bahaya
fisik utama pada masa puber disebabkan kesalahan fungsi kelenjar endoktrin dan
hormon gonad, jika remaja kekurangan hormon endoktrin maka anak menjadi lebih
kecil dari rata-rata pada waktu ia matang. Jika kekurangan hormon gonad maka
pertumbuhan anggota badan berlangsung terlalu lama dan individu menjadi lebih
besar dari rata-rata selain itu juga mempengaruhin perkembangan normal organ
seks dan ciri seks sekunder. Apabila persediaan hormon gonad berlebihan pada
usia sangat muda mengakibatkan permulaan masa puber kadang-kadang dimulai sedini
usia lima atau enam tahun. Ini di kenal sebagai masa puber yang terlalu awal
atau puberty precox.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan fisik remaja merupakan
pertumbuhan yang paling pesat. Remaja tidak hanya tumbuh dari segi ukuran
(semakin tinggi atau semakin besar), tetapi juga mengalami kemajuan secara
fungsional, terutama organ seksual atau “pubertas”.
Adapun perubahan-perubahan fisik
yang penting dan terjadi pada masa remaja meliputi; perubahan ukuran tubuh,
perubahan proporsi tubuh, ciri kelamin utama, ciri kelamin kedua.
Penyebab perubahan fisik pada
remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistim
endoktrin. Yaitu kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan
dua macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan masa remaja. Kedua
hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan
ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang
gonad agar mulai aktif bekerja.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
fisik remaja adalah pengaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan emosional, jenis
kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan, pengaruh bentuk tubuh, dan
lingkungan.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja sering memengaruhi
sikap dan perilaku remaja itu sendiri, seperti ingin menyendiri, bosan,
inkoordinasi, antagonis sosial, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan
diri, dan terlalu sederhana.
Upaya untuk pertumbuhan remaja meliputi memberi makanan yang baik dan
menjaga kesehatan badan. Kegiatan bernilai positif seperti olah raga, pramuka,
dan seni dapat memupuk pertumbuhan fisik remaja, serta pembentukan kelompok
belajar. Implikasinya bagi pendidikan adalah perlunya menyediakan sarana dan
prasarana, waktu istirahat, dan diadakannya jam olahraga bagi siswa.
B. Saran
Dalam upaya
pertumbuhan fisik pada remaja secara maksimal, diharapkan dukungan dari
berbagai pihak. Diantaranya pihak sekolah yait guru, keluarga utamanya orang
tua dan lingkungan. Dengan demikian pertumbuhan fisik pada remaja akan
berlangsung secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2012. Mengenal Perubahan Fisik pada Remaja. (online), (http://info-kesehatan.net/mengenal-perubahan-fisik-pada-remaja/),
diakses 10 September 2012.
Alatas, Alwi. 2005. (Untuk) 13+, Remaja Juga Bisa Bahagia,
Sukses, Mandiri. Jakarta: Pena.
Che_3z. 2008. Perkembangan Fisik Pada Remaja. (online), (http://de-kill.blogspot.com/2008/03/perkembangan-fisik-pada-remaja.html),
diakses 10 September 2012.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S.W. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sulaeman, D. 1995. Psikologi Remaja : Dimensi-Dimensi
Perkembangan. Bandung: CV Mandar Maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar