Laman

Jumat, 15 Juli 2016

Makalah Pertumbuhan Fisik Remaja (Perkembangan Peserta Didik)


MAKALAH PERTUMBUHAN FISIK  REMAJA

BAB I

PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Remaja dalam perkembanganya seringkali prihatin selama tahun-tahun awal remaja. Salah satu sumber keprihatinan tersebut adalah perubahan bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku sebagai akibat dari perkembangan seksual sekunder yang dialami remaja.
Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Van den Daele “perkembangan berarti perubahan secara kualitatif”. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedarpenambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.
Namun, makalah yang kami uraikan disini adalah perkembangan remaja dari segi fisiknya. Oleh karena itu kami menyusun makalah yang berjudul “Pertumbuhan Fisik Remaja”.
B.            Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dengan remaja itu?
2.      Bagaimana pertumbuhan fisik pada masa remaja?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik pada remaja?
4.      Bagaimana dampak pertumbuhan fisik remaja?


C.      Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan makalah yang berjudul Pertumbuhan Fisik Pada Remaja antara lain:
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan remaja itu.
2.      Untuk mengetahui bagaimana proses pertumbuhan fisik pada masa remaja.
3.      Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik pada remaja.
4.      Untuk mengetahui dampak pertumbuhan fisik remaja terhadap psikologis remaja, baik yang positif maupun negatif.


BAB II
 PEMBAHASAN
A.      Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan fisik karena pubertas serta perubahan kognitif dan sosial. Menurut Seifert dan Hoffnung (1987), periode ini umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun.
Sedangkan Undang-undang Kesejahteraan Anak (UU No.4/1979) misalnya, menganggap semua orang dibawah usia 21 tahun dan belum menikah sebagai anak-anak lain karenanya berhak mendapat perlakuan dan kemudahan-kemudahan yang diperuntukkan bagi anak (misalnya pendidikan, perlindungan dari orang tua dll).
Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama – yang dicetuskan oleh psikolog G.Stanley Hall - adolescence is a time of “storm and stress “. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung, 1987).Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik. Keyakinan ini tercermin dari teori mereka tentang perkembangan manusia.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.
Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).

B.       Pertumbuhan Fisik Pada Masa Remaja
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan ilmu faal) remaja di kenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Pada akhir dari peran perkembangan fisik ini akan terjadi seorang pria yang berotot dan berkumis/berjanggut yang mampu menghasilkan beberapa ratus juta sel mani (spermatozoa) setiap kali ia berejakulasi (memancarkan air mani), atau seseorang wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya mengeluarkan sebuah sel telur dari indung telurnya.
Sebagai makluk yang lambat perkembangannya, masa pematangan fisik ini berjalan lebih kurang 2 tahun dan biasanya di hitung mulai haid yang pertama pada wanita atau sejak seorang laki-laki mengalami mimpi basahnya (mengeluarkan air mani pada waktu tidur) yang pertama. Masa yang 2 tahun ini di namakan pubertas (inggris = puberty), yang dalam bahasa latin berarti usia kedewasaan (the age of manbord) yang berkaitan dengan kata latinnya pubescere yang berarti masa pertumbuhan rambut didaerah tulang pufic (di wilayah kemaluan).
Masa pubertas (atau disebut juga masa puber) seperti yang sudah disebutkan diatas berawal dari haid dan mimpi basah yang pertama. Tetapi pada usia berapa persisnya masa puber ini dimulai sulit ditetapkan, oleh karena itu, cepat lambatnya haid atau mimpi basah sangat bergantung pada kondisi tubuh masing masing imdividu. Jadi sangat bervariasi.  Ada anak perempuan yang sudah haid pada umur 10 tahun atau bahkan 9 tahun (ia masih duduk pada kelas 3 SD), sebaliknya ada yang baru memperolehnya pada usia 17 tahun pada waktu kelas 2 SMA.
Selain itu, haid yang pertama (dalam bahasa inggris “menarche”) nampaknya ada kaitanya dengan perkembangan masyarakat. Sebuah penelitian di Perancis, telah membuktikan bahwa usia menarche pada rata-rata remaja Perancis makin menurun pada tahun-tahun ini.
Seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja yang dikenal dengan istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama dari serangkaian perubahan yang membawa seseorang kepada kematangan fisik dan seksual.
Pada usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja putra USA sekitar 150, sementara remaja putri sekitar 154 cm. Pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja putra USA sekitar 177 cm, sedangkan remaja putri hanya 163 cm. Kecepatan pertumbuhan tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar usia 11 – 12 tahun, sementara pada remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum ini, remaja putri bertambah tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra bertambah lebih dari 4 inci per tahunnya (Marshall, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).
Seperti halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup.
Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak daripada remaja putra. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja putra menurun dari sekitar 18 – 19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26 – 27 % (Sinclair, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).
Saat ini, remaja mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal dan cepat berakhir daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend secular.
Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun. Di tahun 1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun.
Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.
Pubertas adalah periode pada masa remaja awal yang dicirikan dengan perkembangan kematangan fisik dan seksual sepenuhnya (Seifert & Hoffnung, 1987). Pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan pada ciri-ciri seks primer dan sekunder.
Ciri-ciri seks primer memungkinkan terjadinyanya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada vagina, uterus, tube fallopi, dan ovari. Perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi pertama. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada penis, scrotum, testes, prostate gland, dan seminal vesicles. Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama kali (biasanya melalui wet dream).
Ciri-ciri seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada bagian tertentu tubuh, serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan hormonal. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan melalui aliran darah menuju berbagai organ tubuh.
Kelenjar seks wanita (ovaries) dan pria (testes) mengandung sedikit hormon. Hormon ini berperan penting dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di dalam otak) merangsang testes dan ovaries untuk memproduksi hormon yang dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada di atas batang otak.

C.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja

1.      Pengaruh Hormon
Penyebab perubahan pada masa remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endokrin. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua macam hormon yang diduga erat ada hubungannya dengan perubahan pada masa remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonat yaitu merangsang gonat supaya aktif bekerja. Seluruh proses ini di kendalikan oleh rangsangan yang dilakukan kelenjar hypothalamus, yaitu kelenjar yang di kenal sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada masa remaja dan terletak di otak.

2.      Pengaruh Keluarga
Pengaruh faktor keluarga disini meliputi faktor keturunan maupun lingkungan. Faktor keturunan menyebabkan anak mewarisi sifat genetik orang tua. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang di bawa anak tersebut.

3.      Pengaruh Gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan sedikit lebih cepat mencapai taraf remaja dibandingkan dengan mereka yang kurang memperoleh gizi.


4.      Gangguan Emosional
Anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan, dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitari. Bila terjadi hal demikian, pertumbuhan awal remajanya terhambat.

5.      Jenis Kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan. Kecuali pada usia antara 12 dan 15 tahun. Anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki. Terjadinya perbadaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan.

6.      Status Sosial Ekonomi
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah, cenderung lebih kecil darpada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya tinggi.

7.      Kesehatan
Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebh berat daripada anak yang sering sakit.

8.      Pengaruh Bentuk Tubuh
Bangun atau bentuk tubuh entah itu mesamorf, ektomorf, atau endomorf, akan mempengaruhi besar kecilnya tubuh anak.

D.      Dampak Pertumbuhan Fisik Remaja
Perubahan-perubahan fisik itu menyebabkan kecanggungan bagi para remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya, atau pembesaran payudara yang terlalu cepat akan membuat remaja merasa malu atau kurang percaya diri. Demikian pula dalam menghadapi haid dan “mimpi” yang pertama. Anak-anak remaja itu perlu mengadakan penyesuaian tingkah laku dan dukungan dari pihak lain orang tua.
Perubahan fisik selalu disertai oleh perubahan sikap dan perilaku. Keadaan ini sering menjadi sedikit parah karena perbedaan sikap orang-orang di sekelilingnya dan sikapnya sendiri dalam menanggapi perubahan fisik tersebut. Dalam masa remaja, perubahan yang terjadi sangat mencolok, sehingga dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk. Perilaku mereka mendadak semakin sulit diduga dan sering agak melawan nilai dan norma sosial yang berlaku. Oleh karena itu masa ini sering dinamakan sebagai masa negatif atau masa pancaroba. Pada saat irama pertumbuhan sedikit lambat dan perubahan tubuhnya telah sempurna maka akan terjadi keseimbangan kembali.
Meskipun pengaruh pubertas terhadap remaja berbeda-beda, cara mereka melampiaskan gangguan ketidakseimbangan itu hampir sama. Beberapa bentuk pelampiasan yang dapat terlihat adalah ia menjadi mudah tersinggung, sangat pemalu, ada kecenderungan menarik diri dari keluarga atau teman, lebih senang menyendiri, menentang otoritas orang tua dan guru, mendambakan kemandirian, sangat kritis terhadap orang lain, tidak suka melakukan tugas di rumah ataupun di sekolah, dan sangat tampak bahwa dirinya tertekan dan tidak bahagia.
Karena sedang terjadi perubahan beberapa kelenjar pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam bentuk ukuran tubuhnya, anak-anak remaja ini secara fisik sering merasa sangat tidak nyaman, sering mengeluh, gelisah, nafsu makan berkurang, mengalami gangguan pencernaan, sakit kepala, sakit punggung, dan sebagainya karena tubuhnya bertambah besar dan panjang. Gangguan ini lebih banyak menghinggapi anak perempuan daripada anak laki-laki.
Anak-anak remaja terlalu memerhatikan keadaan tubuhnya yang sedang mengalami proses perubahan. Tanggapan atas perubahan dirinya itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu mereka yang terlalu memerhatikan normal atau tidak dirinya dan mereka yang terlalu memikirkan tepat atau tidaknya kehidupan kelaminnya. Jika mereka memerhatikan teman sebayanya, kemudian dirinya berbeda dari mereka maka akan muncul pikiran tentang normal tidaknya dirinya. Misalnya, perbedaan dalam hal kecepatan pertumbuhan dapat menimbulkan kekhawatiran dalam dirinya. Anak-anak yang cepat dan lebih awal tumbuh sering merasa khawatir bahwa pada masa dewasanya nanti, tubuhnya akan terlalu besar dan tinggi, sedangkan anak yang mulai tumbuh pendek sampai dewasa akan an kehidupan merasa khawatir pertumbuhan dan kehidupan kelaminnya tidak akan berkembang secara normal.
Apabila tertinggal dari teman sebayanya dalam hal minat dan kegiatan lain, atau kurang berminat dalam kegiatan sebayanya, mereka lalu khawatir apakah mereka akan menjadi dewasa. Terlalu memerhatikan keadaan kehidupan kelaminnya juga merupakan hal yang biasa terjadi dalam tahap ini. Pada saat seorang mencapai remaja, dalam pikirannya telah terbentuk konsep mengenai wajar-tidaknya kehidupan kelamin dalam penampilan seseorang. Konsep ini terbentuk melalui pengalaman si anak sehari-hari misalnya dari televisi, buku cerita, komik, atau dari orang-orang disekelilingnya yang dikagumi. Bila mereka berpendapat bahwa dirinya tidak wajar. Sayangnya, konsep yang telah terbentuk ini sukar sekali dihilangkan, bahkan mungkin dapat menetap seumur hidupnya.
Salah satu dari beberapa konsekuensi masa remaja yang paling penting adalah pengaruh jangka panjangnya terhadap sikap, perilaku sosial, minat, dan kepribadiannya. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa ciri kepribadian dan sikap tertentu yang sudah terbentuk ini biasanya sulit dihilangkan, bahkan dalam beberapa kasus tampak semakin parah. Pengaruh ketidaknyamanan pada masa remaja yang paling menetap adalah dalam hal penyimpangan kematangan kelaminnya. Perkembangan kehidupan kelamin yang tidak wajar ini akan menimbulkan pengaruh pada anak laki-laki dan juga pada anak perempuan, bahkan pengaruh itu tidak hanya terjadi di masa remaja, tetapi dapat berlanjut lebih lama lagi. Bagi anak laki-laki yang mengalami perkembangan kelamin lebih awal, secara sosial lebih menguntungkan, sedangkan bagi anak perempuan tidak sedemikian halnya.
Tinggi, berat, dan kekuatan tubuh yang jauh melebihi teman sebayanya bagi anak laki-laki akan dapat meningkatkan citra dirinya di depan teman sebayanya dari kedua jenis kelamin. Sebaliknya, bila kematangan kelamin ini terlalu cepat terjadi pada anak gadis, ia akan memperoleh sebutan atau label yang tidak menyenangkan. Keadaan ini sering menimbulkan pengaruh buruk pada anak perempuan yang termasuk lambat dalam kematangan kelaminnya, ia akan kehilangan kesempatan untuk menaikkan citra dirinya, merasa kurang dihargai, dan sering diabaikan.
Bahaya fisik utama pada masa puber disebabkan kesalahan fungsi kelenjar endoktrin dan hormon gonad, jika remaja kekurangan hormon endoktrin maka anak menjadi lebih kecil dari rata-rata pada waktu ia matang. Jika kekurangan hormon gonad maka pertumbuhan anggota badan berlangsung terlalu lama dan individu menjadi lebih besar dari rata-rata selain itu juga mempengaruhin perkembangan normal organ seks dan ciri seks sekunder. Apabila persediaan hormon gonad berlebihan pada usia sangat muda mengakibatkan permulaan masa puber kadang-kadang dimulai sedini usia lima atau enam tahun. Ini di kenal sebagai masa puber yang terlalu awal atau puberty precox.
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pertumbuhan fisik remaja merupakan pertumbuhan yang paling pesat. Remaja tidak hanya tumbuh dari segi ukuran (semakin tinggi atau semakin besar), tetapi juga mengalami kemajuan secara fungsional, terutama organ seksual atau “pubertas”.
Adapun perubahan-perubahan fisik yang penting dan terjadi pada masa remaja meliputi; perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, ciri kelamin utama, ciri kelamin kedua.
Penyebab perubahan fisik pada remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistim endoktrin. Yaitu kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan masa remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonad agar mulai aktif bekerja.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja adalah pengaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan, pengaruh bentuk tubuh, dan lingkungan.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja sering memengaruhi sikap dan perilaku remaja itu sendiri, seperti ingin menyendiri, bosan, inkoordinasi, antagonis sosial, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri, dan terlalu sederhana.
Upaya untuk pertumbuhan remaja meliputi memberi makanan yang baik dan menjaga kesehatan badan. Kegiatan bernilai positif seperti olah raga, pramuka, dan seni dapat memupuk pertumbuhan fisik remaja, serta pembentukan kelompok belajar. Implikasinya bagi pendidikan adalah perlunya menyediakan sarana dan prasarana, waktu istirahat, dan diadakannya jam olahraga bagi siswa.
B.       Saran
Dalam upaya pertumbuhan fisik pada remaja secara maksimal, diharapkan dukungan dari berbagai pihak. Diantaranya pihak sekolah yait guru, keluarga utamanya orang tua dan lingkungan. Dengan demikian pertumbuhan fisik pada remaja akan berlangsung secara optimal.




















  
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2012. Mengenal Perubahan Fisik pada Remaja. (online), (http://info-kesehatan.net/mengenal-perubahan-fisik-pada-remaja/), diakses 10 September 2012.
Alatas, Alwi. 2005. (Untuk) 13+, Remaja Juga Bisa Bahagia, Sukses, Mandiri. Jakarta: Pena.
Che_3z. 2008. Perkembangan Fisik Pada Remaja. (online), (http://de-kill.blogspot.com/2008/03/perkembangan-fisik-pada-remaja.html), diakses 10 September 2012.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S.W. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sulaeman, D. 1995. Psikologi Remaja : Dimensi-Dimensi Perkembangan. Bandung: CV Mandar Maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar