Laman

Jumat, 15 Juli 2016

Makalah Strategi Belajar Efektif (Perkembangan Peserta Didik1)



MAKALAH STRATEGI BELAJAR EFEKTIF SISWA SMPN 4 MALANG
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Learning (belajar) dalam bahasa Arab disebut dengan istilah at-tarbiyyah. Berdasarkan akar katanya, at-tarbiyyah diambil dari tiga akar suku kata yang masing – masing mempunyai makna  yang berbeda. Akar kata yang pertama adalah rabba-yarbu, yang diartikan dengan istilah tumbuh (dalam bahasa Inggris improve atau improvement). Kemudian, akar kata yang kedua adalah rabiya-yarba yang artinya berkembang (dalam bahasa Inggris develop atau development). Dan, akar kata yang ketiga adalah rabba-yarubbu yang artinya mendidik atau memberdayakan.
Di dalam pembelajaran memerlukan strategi-strategi atau gaya dalam belajar. Strategi belajar atau gaya belajar adalah suatu model yang digunakan untuk melakukan proses perubahan ke arah yang lebih baik. Strategi belajar sangat menentukan proses perubahan yang dialami oleh setiap individu, apabila suatu individu tidak mengetahui strategi belajar yang seharusnya dia miliki, pasti individu tersebut akan susah untuk mencerna setiap informasi ataupun pengetahuan dalam kehidupannya. Ada beberapa jenis strategi-strategi belajar yang dimiliki pada tiap masing-masing individu, setiap individu pasti mempunyai karakteristik strategi belajar sendiri dan mungkin berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Dewasa ini banyak individu yang tidak mengetahui cara belajar yang efektif terhadap dirinya sendiri, akibatnya proses perubahan yang dialami individu tersebut terhambat atau bisa dikatakan tidak maksimal. Ada individu yang cenderung  memiliki gaya belajar Visual, ada pula individu yang memiliki gaya belajar Auditori, dan lain sebagainya, dan kebanyakan masing-masing individu masih bingung akan potensi gaya belajar yang mereka miliki, kadang setiap individu berpikir bahwa dia cocok pada strategi belajar visual, tapi pada kenyataannya anggapan yang ada pada benak mereka sering salah, bahwa individu tersebut lebih cocok pada strategi belajar auditori, misalnya. Lantas bagaimana cara mengetahui strategi belajar kita masing-masing? Menurut survei dan wawancara yang saya lakukan beberapa waktu lalu di SMP Negeri 4 Malang, ada beberapa siswa yang sudah mengetahui bagaimana dia harus belajar, bagaimana cara atau strategi belajar yang efektif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi belajar (gaya belajar) siswa pada mata pelajaran Ekonomi di SMPN 4 Malang. Untuk itu penulis mengambil judul penelitian Strategi Belajar Efektif Siswa SMPN 4 Malang Pada Mata Pelajaran Ekonomi.

1.2  Rumusan Masalah
Ø  Apakah learning dan strategi belajar itu?
Ø  Bagaimana strategi belajar yang digunakan siswa SMP dalam mempelajari mata pelajaran Ekonomi?
Ø  Bagaimana siswa SMP menyesuaikan diri dengan jenis strategi yang dia miliki?
Ø  Apa manfaat yang diperoleh/hasil dari strategi belajar seperti itu?

1.3  Tujuan Penelitian
Ø  Mengetahui pengertian learning dan strategi belajar
Ø  Mengetahui strategi yang digunakan siswa SMP dalam mata pelajaran Ekonomi
Ø  Mengetahui manfaat yang diperoleh dari strategi belajar seperti itu

1.4.Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran antara lain:
Ø  Menambah wacana, wawasan keilmuan, pengalaman latihan, dan pengembangan teori untuk diterapkan dari apa yang didapat selama menempuh kuliah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Learning
Learning terdapat tiga kata kunci, yaitu pertumbuhan (improvement), pengembangan (development), dan pemberdayaan (empowerment). Oleh karena itu, untuk bisa menilai berhasil tidaknya sebuah pendidikan atau proses pembelajaran, tentunya kita harus melihat tiga faktor tersebut. Jika salah satu faktor tidak terpenuhi, maka boleh dikatakan kita mengalami kegagalan dalam proses pembelajaran.
Sekarang kita lihat poin demi poin yang menjadi pilar dalam pendidikan tersebut.
1.      Pertumbuhan
Apa yang menjadi ukuran bahwa pendidikan itu mengalami pertumbuhan ? Di sini, kata kuncinya adalah maturity atau kedewasaan. Lantas, apa yang dimaksud dengan kedewasaan ? Seseorang dikatakan dewasa apabila ia mampu bertanggung jawab untuk orang lain. Sering kita lihat dalam kehidupan sehari – hari, orang yang usianya sudah dewasa, tetapi perilakunya masih kekanak – kanakan. Sebaliknya, tidak sedikit anak-anak yang masih muda, namun jiwanya sudah matang dan perilakunya melebihi usia orang dewasa. Dari sini, ternyata faktor usia tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan kesewasaan seseorang. Tetapi, kematanganlah yang menjadi patokan, yakni kematangan secara psikologis dan terlebih lagi kematangan dalam hal spiritual.

2.      Pengembangan
Ibarat sebuah pohon, di mana setelah berbuah, ia tidak akan hanya berbuah untuk satu pohon, tapi bisa menumbuhkan pohon-pohon yang lain, maka seperti itu pulalah pengembangan. Yang di maksud pengembangan di sini adalah seseorang sukses dalam sebuah pendidikan, kemudain ia masuk ke dunia pekerjaan, dan di pekerjaan itu ia menciptakan orang –orang sukses. Jadi, ada proses duplikasi. Ia menyukseskan dirinya, kemudain ia membagi kesuksesan itu kepada orang lain, sehingga akan tumbuh orang-orang sukses di luar dirinya. Dengan demikian, proses belajar dikatakan berhasil apabila pendidikan itu mampu menciptakan orang yang sukses, dan orang yang sukses itu mampu menyukseskan orang lain. Inilah kuncinya.

3.      Pemberdayaan
Jika kita berbicara tentang pemberdayaan, maka yang muncul dalam benak kita adalah keunikan. Misalnya, saya sebagai pelatih tenis danAnda sebagai murid saya. Saya tunjukkan kepada Anda, mana raket, net, bola tenis, dan sebagainya, lalu saya jelaskan peraturan per,ainannya. Proses semacam ini disebut transfer knowledge. Kemudian, saya memberikan pelatihan (transfer of skill) kepada Anda. Setelah itu, saya mengajak Anda ke lapangan dan mengajara Anda cara sevis, fore hand, dan back hand. Proses ini dinamakan training.
Terakhir, saya akan melakukan coaching yang dasarnya adalah pemberdayaan. Setelah Anda bisa bermain tenis, saya akan mencarikan sparing partner (lawan tanding) untuk Anda. Kemudian, saya akan keluar lapangan dan Anda harus berhadapan dengan sparing partner tersebut. Saya cukup mengamatinya dari pinggir lapangan. Saya akan memperhatikan dengan seksama, kekurangan dan kelebihan Anda sebagai murid saya. Setelah selesai bertanding, saya akan memanggil Anda, “Anda jago di back hand, fokuskan kekuatan Anda pada back hand, walaupun selama ini saya mengajari Anda fore hand. Itu kekuatan Anda.” Selanjutnya, Anda akan mulai berlatih lebih focus pada back hand, hingga akhirnya Anda menjadi juara dan mengalahkan saya. Kenapa ? Sebab, back hand Anda lebih bagus daripada saya.
Itukah yang disebut dengan empowerment, pemberdayaan. Namun sayangnya, kalau kita lihat di sekolah-sekolah sekitar kita, banyak sekali yang menyamaratakan potensi.Ketika melihat ada salah satu murid yang nilai matematikanya 5, apa kesan seorang guru terhadap murid itu ? Goblok, bodoh, tidak pintar, mungkin itulah penilaian guru. Guru itu lupa kalau si murid memiliki kepandaian di bidang lain, melukis misalnya. Mengapa guru tersebut tidak memotivasi si murid bahwa melukis adalah sebuah bakat yang akan mengantarkannya pada kesuksesan besar ? Pada umumnya, guru mengklaim bahwa kepintaran seorang murid hanya di ukur pada kemampuan akademisnya semata, sehingga anak yang tidak bisa matematika dianggap anak bodoh. Padahal, bisa jadi keunikkan anak tersebut ada pada bidang lain, bukan pada matematika.
Menurut saya, semua orang mempunyai potensi untuk berhasil berdasarkan keunikkan masing-masing. Tidak ada istilah orang bodoh atau orang sangat pintar, karena semua orang adalah pintar dengan keunukannya masing-masing. Maksud saya, janganlah kita menyebut orang bodoh atau pintar hanya karena ukuran nilai-nilai yang bersifat akademis, seperti bidang matematika, fisika, bahasa Inggris, dan sebagainya. Profesor, doctor, insinyur, itu semua hanya gelar akademis, tidak menggambarkan keunikan dari setiap orang.
Oleh sebab itu, apabila  learning yang berkaitan dengan pilar pertumbuhan, pengembangan, dan pemberdayaan ini kita terpkan dengan baik, maka learning itu akan berkembang menjadi the magic of learning. Dengan kata lain, learning akan memberikan satu kekuatan magis, kekuatan luar biasa pada seseorang yang mengikuti institusi tersebut.
Setelah kita memahami learning, lalu bilamana pembelajaran itu akan efektif atau tidak efektif ? Stidaknya ada empat hal penting yang akan kita kupas untuk menjawab pertanyaan ini.
Pertama, fun. Belajar akan efektif apabila kita mampu mengaktifkan sistem limbic. Di dalam batang tengkorak kita, tepatnya pada bagian belakang, terdapat sebuah bagian yang bernama sistem limbic. Bagian ini bergerak seperti katup, membuka dan menutup. Nah, suatu proses belajar akan efektif apabila katup itu dalam keadaan membuka. Lalu, bagaimana caranya agar katup itu membuka ?
Fun. Ya, itulah yang harus dilakukan jika seseorang ingin sistem limbiknya terbuka. Belajar akan efektif jika dalam keadaan fun atau senang. Anda bisa bertanya kepada anak-anak Anda yang masih berumur sepuluh tahun apakah mereka senang membaca komik. Saya yakin, rata-rata mereka akan menjawab senang. Bahkan, bisa jadi sehari dua judul komik ludes dilahap, padahal ukurannya cukup tebal. Tetapi, cobalah suruh mereka belajar fisika, matematika, atau buku berhitung. Jangankan satu buku, beberapa halaman saja mungkin sudah membuat mereka tertidur. Kenapa ? Sebab, mereka tidak fun dalam melakukannya. Tetapi, untunglah sekarang banyak beredar buku matematika dan fisika yang mirip komik, sehingga lebih disukai anak-anak.
Kedua, dinamis. Pada telinga bagian dalam kita terdapat satu bagian yang disebut sistem vestibular. Bagian tersebut berupa cairan yang akan berinteraksi dengan saraf. Ketika cairan itu bergesekkan dengan saraf, ia akan mengaktifkan otak dan terjadilah percepatan IQ.
Jika sejak kecil anak-anak dibiarkan aktif, misalnya berdiri, melompat, berjalan, dan berlari sendiri, serta diberi kebebasan untuk mengekspresikan gerak, maka mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas. Akan terasa berbeda anak-anak yang di asuh menggunakan baby walker dengan anak-anak yang dibiarkan bebas bergerak. Mengapa ? Sebab, anak-anak yang sudah terbiasa dengan baby walker  tidak akan belajar aware (sadar) terhadap situasi di sekitar mereka. Sebalikknya, bila anak-anak dibiarkan tanpa baby walker, mereka akan merangkak.
Bagi sebagian orang tua, membiarkan anak merangkak ke sana ke mari mungkin menjadi kekhawatiran tersendiri, takut kalau – kalau si anak akan jatuh dan benjol. Kenapa orang tua mesti takut anaknya benjol ? Bukankah benjol itu sebuah pelajaran ? Coba, perhatikan ketika anak–anak berlatih naik sepeda. Mereka tentu saja tidak langsung bisa. Sesekali mereka terjatuh karena keseimbangan mereka belum terlatih. Apa yang terjadi ? Pada kesempatan yang lain, mereka akan lebih berhati-hatitidak terjatuh lagi. Hal ini tentu patut diperhatikan oleh setiap orang tua.

Baiklah, kita akan kembali ke sistem vestibular. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya agar sistemvestibular bisa berkembang secara maksimal ? Sistem vestibular dapat diaktifkan melalui gerakan-gerakan fisik. Karena itu, biarkan anak-anak bergerak secara dinamis. Biarkan mereka berlari, melompat, merengkak, dan berteriak sesukanya, walupun terkadang kita suka senewen karena rumah menjadi berantakkn di buatnya.
Ketiga, pembiasaan positif. Ketika kita secara rutin mendongeng kepada si anak sejak kecil, maka sebenarnya kita memberikan suatu pembiasaan yang disebut dengan good neuro-associaton, yaitu satu asosiasi yang positif. Sebagai orang tua, kita mesti berhati-hati dengan asosiasi yang negative, karena tanpa kita sadari hal itu terkadang kita lakukan. Contoh sederhananya seperti ini. Anda memiliki anak yang sangat agresif, tetapi anda mengatakannya ia anak nakal. Karena ia anak nakal, kemudian anda menghukumnya. “Kamu nakal. Ayo, cepat masuk kamar dan baca buku !” Hari-hari berikutnya, apabila ia melakukan perbuatan yang Anda anggap nakal dan Anda menghukumnya lagi dengan menyuruhnya masuk kamar dan membaca buku, dan hal itu terjadi terus-menerus, maka anak akan memperolah kesimpulan “anak yang membaca buku adalah anak yang nakal.” Tanpa sadar, pikiran itu masuk dan terbentuk  dalam diri anak, bahwa membaca buku itu nakal. Memang, kalimat itu tak terucap dari lisannya, tetapi sesungguhnya telah masuk dalam pikirannya. Begitu ia dewasa, ketika melihat perpustakaan, mungkin ia akan alergi, apalagi melihat buku-buku yang tebal. Mengapa demikian ? Sebab, sudah dikondisikan sejak kecil bahwa baca buku itu nakal.
Akan tetapi, kondisinya akan terbalik seratus delapan puluh derajat apabila pembiasaannya dilakukan secara positif. Misalnya, saat suasana sabtai atau menjelang tidur, Anda bisa memeluk anak dan mengelus-elusnya sembari mendongengkan cerita kepadanya. Pelukan dan sentuhan lembut Anda membuat si kecil merasa nyaman, lebih-lebih Anda dongengkan cerita yang mnarik. Maka, di alam bawah sadar anak akan tertanamkesimpulan “membaca buku nyaman”. Dan, hal itu akan dibawanya kelak  hingga ia dewasa.

Keempat; neuron pathway. Apakah neuron pathway itu ? neuron pathway adalah salah satu jaringan yang terdapat di otak. Jaringan ini bekerja dengan cara megempis dan mengembang. Setiap kali kita menjawab pertanyaan, maka jaringan tersebut akan mengembang. Pada saat mengembang, ia akan mengaktifkan sensitive otak, sehingga IQ mengalami peningkatan.
Sebagai contoh, suatu hari, ada seorang anak yang bertanya mengapa air laut warnanya biru. Pertanyaan itu di ajukan kepada ibunya, tetapi sang ibu tak sanggup menjawab. Namun, sang ibu tidak ingin memperlihatkan ketidaktahuannya itu kepada anaknya. “Nak, kamu tahu kan ibu sedang repot di dapur, Tanya sama Bapak saja ya ?” kata sang ibu. Maka, pergilah si anak ke bapaknya. Ibunya tersebyum. Merdeka, barangkali itu yang dipikirkannya. Kemudian, si anak bertanya kepada bapaknya, “Pak, kenapa sih air laut itu warnanya biru ? Tadi kata ibu suruh tanya ke Bapak.” Sang bapak pun berpikir karena ia juga tidak tahu jawabannya. Tetapi, ia juga tidak ingin terlihat bodoh di hadapan anaknya. Lalu, sang Bapak , “Nak, Bapak lagi membaca Koran, ada berita penting. Tolong ya, Nak, jangan ganggu Bapak dulu. Coba, Tanya sama kakek.”
Si anak pun bergegas menghampiri sang kakek dan langsung mengajukan pertanyaan serupa dengan pertanyaan yang diajukan kepada ibu dan bapaknya sebelumnya. Dan, tanpa pikir panjang, sang kakek pun menjawab sekenanya, “Sebab, kalau hijau itu lumut”. Ini tentu jawaban yang tidak logis. Tetapi yang namanya anak, diberi jawaban apapun langsung menempel di dalam otaknya.
Sampai di sekolah, saat pelajaran dimulai, seorang guru bertanya, “Bagaimana hasil rekreasi kita ke pantai kemarin anak-anak ? Kalian tentu senang, bukan ?”
“Senang sekali, Bu. Apalagi kalau bisa sering-sering ke pantai.”
“O, ya, sekarang Bu Guru mau bertanya, siapa di anatara kalian yang tahu kenapa air laut warnanya biru ?”
Si anak yang telah memperoleh jawaban dari kakeknya langsung menjawab,”Sebab, kalau hijau itu lumut.”

Nah, pada saat inilah neutron pathway si anak bekerja. Bila ia tidak mendapatkan jawaban, maka neuron pathway-nya akan mengalami penyempitan. Ketika neutron pathway menyempit, terjadilah penurunran IQ, sehingga anak susah untuk berkembang. Sebaliknya, bila ia mendapatkan jawaban dari setiap pertanyaan yang di ajukan kepadanya, maka neuron pathway-nya akan mengalami perkembangan yang signifikan.

B.     Strategi Belajar
              Strategi belajar adalah komponen yang paling penting dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini terkait dengan bagaimana materi pembelajaran di persiapkan. Hal ini merupakan pengorganisasian isi pelajaran. Guru mendukung terciptanya efektivitas dan efesiensi belajar. Sehingga strategi belajar mempunyai arti yang lebih luas di banding metode pembelajaran. Jika sistem belajar yang menyenangkan adalah strategi yang paling efektif dalam proses pembelajaran.suasana pembelajaran tidak mungkin membosankan bagi siswa.
              Seorang remaja mempunyai cara tersendiri untuk mengembangkan cara belajarnya. Menurut Aristoteles, ia berpendapat bahwa aspek terpenting bagi remaja ialah kemampuannya dalam memilih dan desterminasi dari tanda-tanda kematangannya. Daya ingat remaja terhadap informasi yang telah lalu, merupakan pusat kehidupan mental dan pemrosesan informasi..
ð  Belajar
            Proses perubahan di dalam kepribadian manusia yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku.

Belajar                            Proses perubahan
                                                                                                                       
Teori Belajar

Pembelajaran                  Pengorganisasian proses belajar

Proses Belajar :
1.      Melihat                                                        Proses Belajar
2.      Menerima
3.      Mengelola                                                        Efektif
4.      Menyimpan
5.      Memanggil
6.      Menggunakan                               Terjadwal              Menyenangkan
7.      Pengaturan


               Emosi                                         Kekuatan
        Positif                                           Otak







 




        Kehormatan                             Keberhasilan
         

·                  Macam-Macam Gaya Belajar (Learning Style)

a.      Modalitas
Suatu cara bagaimana otak menyerap informasi yang masuk melalui panca indera secara optimal. Tipe – tipenya yaitu visual, auditori, dan kinestetik.
1. Visual (belajar dengan cara melihat)
Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
² Bicara agak cepat
² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
² Tidak mudah terganggu oleh keributan
² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
² Lebih suka membaca dari pada dibacakan
² Pembaca cepat dan tekun
² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
² Lebih suka musik dari pada seni
² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.



2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
       Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
² Penampilan rapi
² Mudah terganggu oleh keributan
² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
² Biasanya ia pembicara yang fasih
² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
² Berbicara dalam irama yang terpola
² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara




Strategi untuk mempermudah proses belajar
 anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannyasebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
      Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
² Berbicara perlahan
² Penampilan rapi
² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
² Belajar melalui memanipulasi dan praktek
² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
² Menyukai permainan yang menyibukkan
² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia
    baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

b.      Spectrum
Dari segi memandang sesuatu dan bagaimana ia melakukan pengaturan informasi
            Karakter gaya berpikir seseorang, (Gregorc) :
1.      Concret Sequensial (CS)
Orang dengan tipe ini adalah orang yang cenderung teratur dan rapi. Cirinya bekerja secara sistematis dan langkah demi langkah.
2.      Abstrak Sequensial (AS)
Merupakan pemikir yang cerdas dan puny aide – ide yang brilian. Cirinya menggunakan contoh yang tepat, sebagai hasil dari penelitian yang akurat.

3.      Abstract Random (AR)
Segala sesuatu sering kali dihubungkan dengan perasaan dan emosi, sehingga mereka terkenal sangat sensitive. Cirinya suka belajar sendirian.
4.      Concret Random (CR)
Sering dianggap sebagai orang yang kreatif karena senang mencoba.



c.       Gaya Terima
Melihat dunia dengan cara – caranya sendiri.
1.      Analitik
Memandang segala sesuatu cenderung lebih terperinci, spesifik, terorganisasi, dan teratur.
2.      Global
Meliahat segala sesuatu cara menyeluruh, dengan gambaran yang besar.

·                  Jenis-Jenis Strategi Belajar

1.      Strategi Mengulang
Agar terjadi pembelajaran, pembelajar harus melakukan tindakan pada informasi baru tersebut dan menghubungkan informasi itu dengan pengetahuan awal. Strategi yang digunakan untuk proses pengkodean ini disebut strategi mengulang, yang terdiri dari jenis mengulang sederhana dan mengulang kompleks.
Mengulang adalah strategi yang mendasar, yaitu sekedar mengulang dengan keras a
tau dengan pelan informasi yang ingin kita hafal. Penyerapan bahan lebih kompleks memerlukan strategi mengulang kompleks yang perlu melakukan upaya lebih jauh dari sekedar mengulang informasi, menggarisbawahi ide - ide kunci dan membuat catatan pinggir adalah dua strategi mengulang kompleks yang dapat diajarkan pada siswa untuk membantu mereka mengingat bahan ajar yang lebih kompleks.

2.      Startegi Elaborasi
Strategi elaborasi merupakan kategori strategi belajar kedua, elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian, strategi ini membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah diketahui, strategi ini menggunakan skemata yang telah ada di otak untuk membuat informasi baru mudah diingat atau dipelajari, strategi ini meliputi : 
1.      Pembuat catatan
Kiewra (1989) telah menerangkan penggunaan pembuat catatan secara matriks sebagai suatu cara pengelaborasian dan pembuatan perbandingan untuk informasi kompleks.
2.   Pengggunaan Analogi
Analogi adalah perbandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara ciri – ciri pokok sesuatu benda atau ide.
Menurut (Thomas & Robinson, 1972), Preview (membaca selintas cepat), Question (bertanya), Read (membaca), Reflect (refleksi), Recite (Tanya jawab sendiri) dan review (mengulang secara keseluruhan)
  1. Strategi Organisasi
Strategi organisasi dapat terdiri dari pengelompokkan ulang ide – ide atau istilah – istilah itu menjadi subjek yang lebih kecil, strategi ini meliputi : 
1.      Outlining
          Dalam strategi ini siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama.
2.      Mapping
          Mapping adalah pembuatan peta konsep dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain, (george posner dan alam rubinsky, 1985).
3.      Mnemonics
          Mnemonics membentuk satu strategi khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai salah satu strategi elaborasi atau organisasi, tujuannya untuk membantu ingatan sehingga dapat mengingat dengan seksama dan cermat, stretegi ini meliputi; 


§  Chunking atau pemotongan
          Strategi ini digunakan karena memori kita terbatas terhadap hal – hal yang   panjang sehingga perlu kita ambi kata kunci utnuk kita masukkan dalam memori.
§  Akronim
          Pengambilan huruf yang mewakili dari suatu objek yang ingin kita hafal.
§  Kata berkait atau link word
          Strategi ini mengajari siswa bagaimana menciptakan gambaran mental yang mengkaitkan suatu kata Inggris yang telah dikenal dengan kata bahasa asing yang belum dikenal.

C.    Laporan Observasi “Strategi Belajar Efektif Siswa SMPN 4 Malang Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.
Setiap individu atau siswa – siswi di sekolah pasti mempunyai cara, gaya, ataupun strategi belajar masing-masing, dan diantaranya pasti ada individu yang satu dengan individu yang lain ada yang  berbeda. Ada siswa yang belajar dengan gaya auditori, visual, kinestetik, dan lain sebagainya. Setiap individu mempunyai caranya masing-masing dalam menyerap suatu informasi ataupun pengetahuan. Apabila individu tersebut tidak mengetahui cara belajar yang efektif dan cocok terhadap dirinya, pasti individu tersebut akan kebingungan dalam proses belajarnya, jadi kesimpulannya strategi belajar masing-masing individu akan menentukan mampu atau tidaknya remaja SMP dapat menyerap suatu informasi atau pengetahuan dengan baik dan benar.
Peneliti akan mengawali pembahasan ini dengan pemaparan narasumber yang peneliti wawancarai. Peneliti mengambil contoh 2 siswa dari SMPN 4 Malang untuk diwawancarai mengenai strategi belajar yang mereka gunakan dan bagaimana cara belajar mereka dalam mata pelajaran Ekonomi. Mereka adalah murid dari sekolah SMPN 4 Malang yang duduk di bangku kelas 7.

Berikut ini adalah paparan atau tanggapan 2 diantara semua murid siswa SMPN 4 Malang yang kami wawancarai mengenai pelajaran ekonomi :
-          Moch. Faizal Nursamsi kelas VII-C :
Siswa pertama yang peneliti wawancarai ini mempunyai tanggapan tentang pelajaran ekonomi yaitu sangat menyenangkan, terutama menurutnya di sekolahnya (SMPN 4 Malang).
Siswa ini cenderung termasuk dalam tipe strategi belajar yang kinestetik. Di lihat dari identifikasinya, ia lebih suka belajar dengan cara praktek dan dengan begitu ia dapat menangkap informasi dengan baik. Serta menurutnya, praktek itu lebih menyenangkan dari pada kebanyakkan materi yang diberikan oleh guru seperti soal-soal tertulis. Di lain sisi, siswa ini juga termasuk kedalam tipe auditori. Ia biasa belajar sambil mendengarkan musik.
-          Cornelius siswa kelas VII-C :
Siswa kedua yang peneliti wawancarai ini mempunyai tanggapan tentang pelajaran ekonomi yaitu sangat menyenangkan dan menarik, dikarenakan ekonomi itu terealisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam strategi belajarnya, siswa ini masuk dalam gaya belajar yang lebih suka dengan cara melihat, karena dengan begitu ia dapat menyerap informasi dengan baik. Namun ia juga bisa termasuk dalam gaya belajar yang Abstract Random (AR), karena ia mudah terganggu belajarnya pada saat ia berada di langkungan yang ramai atau keributan.





BAB III
PENUTUP
A.             KESIMPULAN
Dari hasil observasi, dapat di simpulkan bahwa gaya belajar dari dua siswa dari SMPN 4 Malang  tersebut banyak kesamaannya, walaupun ada sedikit perbedaan ragamnya, setelah mereka menjawab dari pertanyaan yang merupakan ciri-ciri dari masing-masing gaya belajar siswa yaitu auditory, kinestethic maupun abstract random, nmun kebanyakan dari mereka Multi Learning Style yakni mempunyai lebih dari satu tipe gaya belajar. Setiap orang berpotensial memiliki tipe belajar multi learning style tergantung  bagaimana semua indera yang seseorang tersebut miliki untuk dilatih.  Pada dasaranya dengan multi learning style seseorang dapat menerima proses belajar dalam kondisi dengan cara beradaptasi terhadap model pembelajarannya. Memaksimalkan gaya belajar yang dimiliki dengan cara belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing akan membuat seseorang dapat ,memperoleh prestasi belajar yang baik.
Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
-          Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
-           Penampilan rapi
-          Mudah terganggu oleh keributan
-          Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari
    pada yang dilihat
-          Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
-          Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
-          Biasanya ia pembicara yang fasih
-          Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
-          Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
-          Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
-          Berbicara dalam irama yang terpola
Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
      Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
-          Berbicara perlahan
-          Penampilan rapi
-          Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
-          Belajar melalui memanipulasi dan praktek
-          Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
-          Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
-          Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
-          Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan
     tubuh saat membaca
-          Menyukai permainan yang menyibukkan
-          Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah
     berada di tempat itu
-          Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan
     kata-kata yang mengandung aksi

Abstract Random (AR)
-          Segala sesuatu sering kali dihubungkan dengan perasaan dan emosi
-          Mereka terkenal sangat sensitive
-          Suka belajar sendirian.

B.                 SARAN
Peneliti mempunyai beberapa saran yang diharapkan dapat membangun dan mendukung peningkatan kualitas pembelajaran Ekonomi agar sesuai dengan masing-masing gaya belajar siswa di SMP Negeri 4 Malang ada khususnya dan seluruh lembaga pendidikan pada umumnya, di antaranya adalah :
a)       Dalam setiap pembelajaran perlu adanya strategi pembelajaran yang sesuai supaya suasana dalam belajar jadi hidup, menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu dengan cara mengetahui dan memahami gaya belajar masing-masing siswanya.
b)       Guru mata pelajaran Ekonomi disarankan melaksanakan strategi pembelajaran yang bervariasi, karena selain siswa tidak kesulitan menguasai materi, siswa juga menjalani prosesnya sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya.
c)      Lebih melengkapi fasilitas dan sarana pembelajaran yang ada di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Aka, Hawari.2012. “Guru Yang Berkarakter Kuat”. Jogjakarta : Laksana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar