MAKALAH STRATEGI BELAJAR EFEKTIF SISWA SMPN 4 MALANG
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Learning
(belajar) dalam bahasa Arab disebut dengan istilah at-tarbiyyah. Berdasarkan akar katanya, at-tarbiyyah diambil dari tiga akar suku kata yang masing – masing
mempunyai makna yang berbeda. Akar kata
yang pertama adalah rabba-yarbu, yang
diartikan dengan istilah tumbuh (dalam bahasa Inggris improve atau improvement).
Kemudian, akar kata yang kedua adalah rabiya-yarba
yang artinya berkembang (dalam bahasa Inggris develop atau development).
Dan, akar kata yang ketiga adalah rabba-yarubbu
yang artinya mendidik atau memberdayakan.
Di
dalam pembelajaran memerlukan strategi-strategi atau gaya dalam belajar. Strategi
belajar atau gaya belajar adalah suatu model yang digunakan untuk melakukan
proses perubahan ke arah yang lebih baik. Strategi belajar sangat menentukan
proses perubahan yang dialami oleh setiap individu, apabila suatu individu
tidak mengetahui strategi belajar yang seharusnya dia miliki, pasti individu
tersebut akan susah untuk mencerna setiap informasi ataupun pengetahuan dalam
kehidupannya. Ada beberapa jenis strategi-strategi belajar yang dimiliki pada
tiap masing-masing individu, setiap individu pasti mempunyai karakteristik
strategi belajar sendiri dan mungkin berbeda antara individu yang satu dengan
yang lain. Dewasa ini banyak individu yang tidak mengetahui cara belajar yang
efektif terhadap dirinya sendiri, akibatnya proses perubahan yang dialami
individu tersebut terhambat atau bisa dikatakan tidak maksimal. Ada individu
yang cenderung memiliki gaya belajar
Visual, ada pula individu yang memiliki gaya belajar Auditori, dan lain
sebagainya, dan kebanyakan masing-masing individu masih bingung akan potensi
gaya belajar yang mereka miliki, kadang setiap individu berpikir bahwa dia
cocok pada strategi belajar visual, tapi pada kenyataannya anggapan yang ada
pada benak mereka sering salah, bahwa individu tersebut lebih cocok pada
strategi belajar auditori, misalnya. Lantas bagaimana cara mengetahui strategi
belajar kita masing-masing? Menurut survei dan wawancara yang saya lakukan
beberapa waktu lalu di SMP Negeri 4 Malang, ada beberapa siswa yang sudah
mengetahui bagaimana dia harus belajar, bagaimana cara atau strategi belajar
yang efektif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
ingin mengetahui bagaimana strategi belajar (gaya belajar) siswa pada mata
pelajaran Ekonomi di SMPN 4 Malang. Untuk itu penulis mengambil judul
penelitian Strategi Belajar Efektif
Siswa SMPN 4 Malang Pada Mata Pelajaran Ekonomi.
1.2
Rumusan
Masalah
Ø Apakah
learning dan strategi belajar itu?
Ø Bagaimana
strategi belajar yang digunakan siswa SMP dalam mempelajari mata pelajaran
Ekonomi?
Ø Bagaimana
siswa SMP menyesuaikan diri dengan jenis strategi yang dia miliki?
Ø Apa
manfaat yang diperoleh/hasil dari strategi belajar seperti itu?
1.3
Tujuan
Penelitian
Ø Mengetahui
pengertian learning dan strategi belajar
Ø Mengetahui
strategi yang digunakan siswa SMP dalam mata pelajaran Ekonomi
Ø Mengetahui
manfaat yang diperoleh dari strategi belajar seperti itu
1.4.Manfaat Penelitian
Dengan
diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
antara lain:
Ø Menambah
wacana, wawasan keilmuan, pengalaman latihan, dan pengembangan teori untuk
diterapkan dari apa yang didapat selama menempuh kuliah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Learning
Learning
terdapat tiga kata kunci, yaitu pertumbuhan (improvement), pengembangan (development),
dan pemberdayaan (empowerment). Oleh
karena itu, untuk bisa menilai berhasil tidaknya sebuah pendidikan atau proses
pembelajaran, tentunya kita harus melihat tiga faktor tersebut. Jika salah satu
faktor tidak terpenuhi, maka boleh dikatakan kita mengalami kegagalan dalam
proses pembelajaran.
Sekarang
kita lihat poin demi poin yang menjadi pilar dalam pendidikan tersebut.
1.
Pertumbuhan
Apa
yang menjadi ukuran bahwa pendidikan itu mengalami pertumbuhan ? Di sini, kata
kuncinya adalah maturity atau
kedewasaan. Lantas, apa yang dimaksud dengan kedewasaan ? Seseorang dikatakan
dewasa apabila ia mampu bertanggung jawab untuk orang lain. Sering kita lihat
dalam kehidupan sehari – hari, orang yang usianya sudah dewasa, tetapi
perilakunya masih kekanak – kanakan. Sebaliknya, tidak sedikit anak-anak yang
masih muda, namun jiwanya sudah matang dan perilakunya melebihi usia orang
dewasa. Dari sini, ternyata faktor usia tidak dapat digunakan sebagai patokan
untuk menentukan kesewasaan seseorang. Tetapi, kematanganlah yang menjadi
patokan, yakni kematangan secara psikologis dan terlebih lagi kematangan dalam
hal spiritual.
2.
Pengembangan
Ibarat
sebuah pohon, di mana setelah berbuah, ia tidak akan hanya berbuah untuk satu
pohon, tapi bisa menumbuhkan pohon-pohon yang lain, maka seperti itu pulalah
pengembangan. Yang di maksud pengembangan di sini adalah seseorang sukses dalam
sebuah pendidikan, kemudain ia masuk ke dunia pekerjaan, dan di pekerjaan itu ia
menciptakan orang –orang sukses. Jadi, ada proses duplikasi. Ia menyukseskan
dirinya, kemudain ia membagi kesuksesan itu kepada orang lain, sehingga akan
tumbuh orang-orang sukses di luar dirinya. Dengan demikian, proses belajar
dikatakan berhasil apabila pendidikan itu mampu menciptakan orang yang sukses,
dan orang yang sukses itu mampu menyukseskan orang lain. Inilah kuncinya.
3.
Pemberdayaan
Jika
kita berbicara tentang pemberdayaan, maka yang muncul dalam benak kita adalah
keunikan. Misalnya, saya sebagai pelatih tenis danAnda sebagai murid saya. Saya
tunjukkan kepada Anda, mana raket, net, bola tenis, dan sebagainya, lalu saya
jelaskan peraturan per,ainannya. Proses semacam ini disebut transfer knowledge. Kemudian, saya
memberikan pelatihan (transfer of skill)
kepada Anda. Setelah itu, saya mengajak Anda ke lapangan dan mengajara Anda
cara sevis, fore hand, dan back hand. Proses ini dinamakan training.
Terakhir,
saya akan melakukan coaching yang
dasarnya adalah pemberdayaan. Setelah Anda bisa bermain tenis, saya akan
mencarikan sparing partner (lawan
tanding) untuk Anda. Kemudian, saya akan keluar lapangan dan Anda harus
berhadapan dengan sparing partner
tersebut. Saya cukup mengamatinya dari pinggir lapangan. Saya akan
memperhatikan dengan seksama, kekurangan dan kelebihan Anda sebagai murid saya.
Setelah selesai bertanding, saya akan memanggil Anda, “Anda jago di back hand, fokuskan kekuatan Anda pada back hand, walaupun selama ini saya
mengajari Anda fore hand. Itu
kekuatan Anda.” Selanjutnya, Anda akan mulai berlatih lebih focus pada back hand, hingga akhirnya Anda menjadi
juara dan mengalahkan saya. Kenapa ? Sebab, back
hand Anda lebih bagus daripada saya.
Itukah
yang disebut dengan empowerment,
pemberdayaan. Namun sayangnya, kalau kita lihat di sekolah-sekolah sekitar
kita, banyak sekali yang menyamaratakan potensi.Ketika melihat ada salah satu
murid yang nilai matematikanya 5, apa kesan seorang guru terhadap murid itu ?
Goblok, bodoh, tidak pintar, mungkin itulah penilaian guru. Guru itu lupa kalau
si murid memiliki kepandaian di bidang lain, melukis misalnya. Mengapa guru
tersebut tidak memotivasi si murid bahwa melukis adalah sebuah bakat yang akan
mengantarkannya pada kesuksesan besar ? Pada umumnya, guru mengklaim bahwa
kepintaran seorang murid hanya di ukur pada kemampuan akademisnya semata,
sehingga anak yang tidak bisa matematika dianggap anak bodoh. Padahal, bisa
jadi keunikkan anak tersebut ada pada bidang lain, bukan pada matematika.
Menurut
saya, semua orang mempunyai potensi untuk berhasil berdasarkan keunikkan
masing-masing. Tidak ada istilah orang bodoh atau orang sangat pintar, karena
semua orang adalah pintar dengan keunukannya masing-masing. Maksud saya,
janganlah kita menyebut orang bodoh atau pintar hanya karena ukuran nilai-nilai
yang bersifat akademis, seperti bidang matematika, fisika, bahasa Inggris, dan
sebagainya. Profesor, doctor, insinyur, itu semua hanya gelar akademis, tidak
menggambarkan keunikan dari setiap orang.
Oleh
sebab itu, apabila learning yang berkaitan dengan pilar pertumbuhan,
pengembangan, dan pemberdayaan ini kita terpkan dengan baik, maka learning itu akan berkembang menjadi the magic of learning. Dengan kata lain,
learning akan memberikan satu
kekuatan magis, kekuatan luar biasa pada seseorang yang mengikuti institusi
tersebut.
Setelah
kita memahami learning, lalu bilamana
pembelajaran itu akan efektif atau tidak efektif ? Stidaknya ada empat hal
penting yang akan kita kupas untuk menjawab pertanyaan ini.
Pertama, fun.
Belajar akan efektif apabila kita mampu mengaktifkan sistem limbic. Di dalam
batang tengkorak kita, tepatnya pada bagian belakang, terdapat sebuah bagian
yang bernama sistem limbic. Bagian ini bergerak seperti katup, membuka dan
menutup. Nah, suatu proses belajar akan efektif apabila katup itu dalam keadaan
membuka. Lalu, bagaimana caranya agar katup itu membuka ?
Fun. Ya, itulah yang
harus dilakukan jika seseorang ingin sistem limbiknya terbuka. Belajar akan
efektif jika dalam keadaan fun atau
senang. Anda bisa bertanya kepada anak-anak Anda yang masih berumur sepuluh
tahun apakah mereka senang membaca komik. Saya yakin, rata-rata mereka akan
menjawab senang. Bahkan, bisa jadi sehari dua judul komik ludes dilahap,
padahal ukurannya cukup tebal. Tetapi, cobalah suruh mereka belajar fisika,
matematika, atau buku berhitung. Jangankan satu buku, beberapa halaman saja
mungkin sudah membuat mereka tertidur. Kenapa ? Sebab, mereka tidak fun dalam melakukannya. Tetapi,
untunglah sekarang banyak beredar buku matematika dan fisika yang mirip komik,
sehingga lebih disukai anak-anak.
Kedua, dinamis. Pada
telinga bagian dalam kita terdapat satu bagian yang disebut sistem vestibular.
Bagian tersebut berupa cairan yang akan berinteraksi dengan saraf. Ketika
cairan itu bergesekkan dengan saraf, ia akan mengaktifkan otak dan terjadilah
percepatan IQ.
Jika
sejak kecil anak-anak dibiarkan aktif, misalnya berdiri, melompat, berjalan,
dan berlari sendiri, serta diberi kebebasan untuk mengekspresikan gerak, maka
mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas. Akan terasa berbeda anak-anak
yang di asuh menggunakan baby walker
dengan anak-anak yang dibiarkan bebas bergerak. Mengapa ? Sebab, anak-anak yang
sudah terbiasa dengan baby walker tidak akan belajar aware (sadar) terhadap situasi di sekitar mereka. Sebalikknya, bila
anak-anak dibiarkan tanpa baby walker,
mereka akan merangkak.
Bagi
sebagian orang tua, membiarkan anak merangkak ke sana ke mari mungkin menjadi
kekhawatiran tersendiri, takut kalau – kalau si anak akan jatuh dan benjol.
Kenapa orang tua mesti takut anaknya benjol ? Bukankah benjol itu sebuah
pelajaran ? Coba, perhatikan ketika anak–anak berlatih naik sepeda. Mereka
tentu saja tidak langsung bisa. Sesekali mereka terjatuh karena keseimbangan
mereka belum terlatih. Apa yang terjadi ? Pada kesempatan yang lain, mereka
akan lebih berhati-hatitidak terjatuh lagi. Hal ini tentu patut diperhatikan
oleh setiap orang tua.
Baiklah,
kita akan kembali ke sistem vestibular. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya
agar sistemvestibular bisa berkembang secara maksimal ? Sistem vestibular dapat
diaktifkan melalui gerakan-gerakan fisik. Karena itu, biarkan anak-anak
bergerak secara dinamis. Biarkan mereka berlari, melompat, merengkak, dan
berteriak sesukanya, walupun terkadang kita suka senewen karena rumah menjadi
berantakkn di buatnya.
Ketiga, pembiasaan
positif. Ketika kita secara rutin mendongeng kepada si anak sejak kecil, maka
sebenarnya kita memberikan suatu pembiasaan yang disebut dengan good neuro-associaton, yaitu satu
asosiasi yang positif. Sebagai orang tua, kita mesti berhati-hati dengan
asosiasi yang negative, karena tanpa kita sadari hal itu terkadang kita
lakukan. Contoh sederhananya seperti ini. Anda memiliki anak yang sangat
agresif, tetapi anda mengatakannya ia anak nakal. Karena ia anak nakal,
kemudian anda menghukumnya. “Kamu nakal. Ayo, cepat masuk kamar dan baca buku
!” Hari-hari berikutnya, apabila ia melakukan perbuatan yang Anda anggap nakal
dan Anda menghukumnya lagi dengan menyuruhnya masuk kamar dan membaca buku, dan
hal itu terjadi terus-menerus, maka anak akan memperolah kesimpulan “anak yang
membaca buku adalah anak yang nakal.” Tanpa sadar, pikiran itu masuk dan
terbentuk dalam diri anak, bahwa membaca
buku itu nakal. Memang, kalimat itu tak terucap dari lisannya, tetapi
sesungguhnya telah masuk dalam pikirannya. Begitu ia dewasa, ketika melihat
perpustakaan, mungkin ia akan alergi, apalagi melihat buku-buku yang tebal.
Mengapa demikian ? Sebab, sudah dikondisikan sejak kecil bahwa baca buku itu
nakal.
Akan
tetapi, kondisinya akan terbalik seratus delapan puluh derajat apabila
pembiasaannya dilakukan secara positif. Misalnya, saat suasana sabtai atau
menjelang tidur, Anda bisa memeluk anak dan mengelus-elusnya sembari
mendongengkan cerita kepadanya. Pelukan dan sentuhan lembut Anda membuat si kecil
merasa nyaman, lebih-lebih Anda dongengkan cerita yang mnarik. Maka, di alam
bawah sadar anak akan tertanamkesimpulan “membaca buku nyaman”. Dan, hal itu
akan dibawanya kelak hingga ia dewasa.
Keempat; neuron pathway. Apakah
neuron pathway itu ? neuron pathway adalah salah satu
jaringan yang terdapat di otak. Jaringan ini bekerja dengan cara megempis dan
mengembang. Setiap kali kita menjawab pertanyaan, maka jaringan tersebut akan
mengembang. Pada saat mengembang, ia akan mengaktifkan sensitive otak, sehingga
IQ mengalami peningkatan.
Sebagai
contoh, suatu hari, ada seorang anak yang bertanya mengapa air laut warnanya
biru. Pertanyaan itu di ajukan kepada ibunya, tetapi sang ibu tak sanggup
menjawab. Namun, sang ibu tidak ingin memperlihatkan ketidaktahuannya itu
kepada anaknya. “Nak, kamu tahu kan ibu sedang repot di dapur, Tanya sama Bapak
saja ya ?” kata sang ibu. Maka, pergilah si anak ke bapaknya. Ibunya tersebyum.
Merdeka, barangkali itu yang dipikirkannya. Kemudian, si anak bertanya kepada
bapaknya, “Pak, kenapa sih air laut itu warnanya biru ? Tadi kata ibu suruh
tanya ke Bapak.” Sang bapak pun berpikir karena ia juga tidak tahu jawabannya.
Tetapi, ia juga tidak ingin terlihat bodoh di hadapan anaknya. Lalu, sang Bapak
, “Nak, Bapak lagi membaca Koran, ada berita penting. Tolong ya, Nak, jangan
ganggu Bapak dulu. Coba, Tanya sama kakek.”
Si
anak pun bergegas menghampiri sang kakek dan langsung mengajukan pertanyaan
serupa dengan pertanyaan yang diajukan kepada ibu dan bapaknya sebelumnya. Dan,
tanpa pikir panjang, sang kakek pun menjawab sekenanya, “Sebab, kalau hijau itu
lumut”. Ini tentu jawaban yang tidak logis. Tetapi yang namanya anak, diberi
jawaban apapun langsung menempel di dalam otaknya.
Sampai
di sekolah, saat pelajaran dimulai, seorang guru bertanya, “Bagaimana hasil
rekreasi kita ke pantai kemarin anak-anak ? Kalian tentu senang, bukan ?”
“Senang
sekali, Bu. Apalagi kalau bisa sering-sering ke pantai.”
“O,
ya, sekarang Bu Guru mau bertanya, siapa di anatara kalian yang tahu kenapa air
laut warnanya biru ?”
Si
anak yang telah memperoleh jawaban dari kakeknya langsung menjawab,”Sebab,
kalau hijau itu lumut.”
Nah,
pada saat inilah neutron pathway si
anak bekerja. Bila ia tidak mendapatkan jawaban, maka neuron pathway-nya akan mengalami penyempitan. Ketika neutron pathway menyempit, terjadilah
penurunran IQ, sehingga anak susah untuk berkembang. Sebaliknya, bila ia
mendapatkan jawaban dari setiap pertanyaan yang di ajukan kepadanya, maka neuron pathway-nya akan mengalami
perkembangan yang signifikan.
B.
Strategi
Belajar
Strategi
belajar adalah komponen yang paling penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Hal ini terkait dengan bagaimana materi pembelajaran di persiapkan. Hal ini
merupakan pengorganisasian isi pelajaran. Guru mendukung terciptanya
efektivitas dan efesiensi belajar. Sehingga strategi belajar mempunyai arti
yang lebih luas di banding metode pembelajaran. Jika sistem belajar yang
menyenangkan adalah strategi yang paling efektif dalam proses
pembelajaran.suasana pembelajaran tidak mungkin membosankan bagi siswa.
Seorang remaja mempunyai cara
tersendiri untuk mengembangkan cara belajarnya. Menurut Aristoteles, ia
berpendapat bahwa aspek terpenting bagi remaja ialah kemampuannya dalam memilih
dan desterminasi dari tanda-tanda kematangannya. Daya ingat remaja terhadap
informasi yang telah lalu, merupakan pusat kehidupan mental dan pemrosesan
informasi..
ð Belajar
Proses perubahan di dalam kepribadian manusia yang
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku.
Belajar Proses perubahan
Teori
Belajar
Pembelajaran
Pengorganisasian proses belajar
Proses Belajar :
1. Melihat Proses Belajar
2. Menerima
3. Mengelola Efektif
4. Menyimpan
5. Memanggil
6. Menggunakan Terjadwal
Menyenangkan
7. Pengaturan
Emosi Kekuatan
Positif Otak
Kehormatan Keberhasilan
· Macam-Macam Gaya Belajar (Learning Style)
a.
Modalitas
Suatu cara bagaimana otak menyerap
informasi yang masuk melalui panca indera secara optimal. Tipe – tipenya yaitu visual, auditori, dan kinestetik.
1. Visual (belajar dengan cara melihat)
Lirikan
keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang
peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode
pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada
peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran
tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau
menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus
melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran.
Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir
menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan
menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai
detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Ciri-ciri
gaya belajar visual :
² Bicara agak cepat
² Mementingkan penampilan dalam
berpakaian/presentasi
² Tidak mudah terganggu oleh keributan
² Mengingat yang dilihat, dari pada yang
didengar
² Lebih suka membaca dari pada dibacakan
² Pembaca cepat dan tekun
² Seringkali mengetahui apa yang harus
dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
² Lebih suka melakukan demonstrasi dari
pada pidato
² Lebih suka musik dari pada seni
² Mempunyai masalah untuk mengingat
instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk
mengulanginya
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan materi visual seperti,
gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal
penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku
berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya:
komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba
mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara,
berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan
kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka
guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak
yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak
auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch
(tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi
tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori
mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat
dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
² Saat bekerja suka bicaa kepada diri
sendiri
² Penampilan rapi
² Mudah terganggu oleh keributan
² Belajar dengan mendengarkan dan
mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
² Senang membaca dengan keras dan
mendengarkan
² Menggerakkan bibir mereka dan
mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
² Biasanya ia pembicara yang fasih
² Lebih pandai mengeja dengan keras
daripada menuliskannya
² Lebih suka gurauan lisan daripada
membaca komik
² Mempunyai masalah dengan
pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
² Berbicara dalam irama yang terpola
² Dapat mengulangi kembali dan menirukan
nada, berirama dan warna suara
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi
dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi
pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara
verbal.
5. Biarkan
anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk
mendengarkannyasebelum tidur.
3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara
lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar
kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini
sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas
dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya
melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
² Berbicara perlahan
² Penampilan rapi
² Tidak terlalu mudah terganggu dengan
situasi keributan
² Belajar melalui memanipulasi dan praktek
² Menghafal dengan cara berjalan dan
melihat
² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika
membaca
² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi
hebat dalam bercerita
² Menyukai buku-buku dan mereka
mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
² Menyukai permainan yang menyibukkan
² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali
jika mereka memang pernah berada di tempat itu
² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian
mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1. Jangan paksakan anak untuk belajar
sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil
mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia
baca sambil bersepeda, gunakan obyek
sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen
karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite
hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan
musik.
b.
Spectrum
Dari
segi memandang sesuatu dan bagaimana ia melakukan pengaturan informasi
Karakter gaya berpikir seseorang, (Gregorc) :
1. Concret
Sequensial (CS)
Orang
dengan tipe ini adalah orang yang cenderung teratur dan rapi. Cirinya bekerja
secara sistematis dan langkah demi langkah.
2. Abstrak
Sequensial (AS)
Merupakan
pemikir yang cerdas dan puny aide – ide yang brilian. Cirinya menggunakan
contoh yang tepat, sebagai hasil dari penelitian yang akurat.
3. Abstract
Random (AR)
Segala
sesuatu sering kali dihubungkan dengan perasaan dan emosi, sehingga mereka
terkenal sangat sensitive. Cirinya suka belajar sendirian.
4. Concret
Random (CR)
Sering
dianggap sebagai orang yang kreatif karena senang mencoba.
c.
Gaya
Terima
Melihat dunia
dengan cara – caranya sendiri.
1. Analitik
Memandang
segala sesuatu cenderung lebih terperinci, spesifik, terorganisasi, dan
teratur.
2. Global
Meliahat
segala sesuatu cara menyeluruh, dengan gambaran yang besar.
· Jenis-Jenis Strategi Belajar
1. Strategi Mengulang
Agar
terjadi pembelajaran, pembelajar harus melakukan tindakan pada informasi baru
tersebut dan menghubungkan informasi itu dengan pengetahuan awal. Strategi yang
digunakan untuk proses pengkodean ini disebut strategi mengulang, yang
terdiri dari jenis mengulang sederhana dan mengulang kompleks.
Mengulang adalah strategi yang mendasar, yaitu sekedar mengulang dengan keras atau dengan pelan informasi yang ingin kita hafal. Penyerapan bahan lebih kompleks memerlukan strategi mengulang kompleks yang perlu melakukan upaya lebih jauh dari sekedar mengulang informasi, menggarisbawahi ide - ide kunci dan membuat catatan pinggir adalah dua strategi mengulang kompleks yang dapat diajarkan pada siswa untuk membantu mereka mengingat bahan ajar yang lebih kompleks.
Mengulang adalah strategi yang mendasar, yaitu sekedar mengulang dengan keras atau dengan pelan informasi yang ingin kita hafal. Penyerapan bahan lebih kompleks memerlukan strategi mengulang kompleks yang perlu melakukan upaya lebih jauh dari sekedar mengulang informasi, menggarisbawahi ide - ide kunci dan membuat catatan pinggir adalah dua strategi mengulang kompleks yang dapat diajarkan pada siswa untuk membantu mereka mengingat bahan ajar yang lebih kompleks.
2. Startegi Elaborasi
Strategi
elaborasi merupakan kategori strategi belajar kedua, elaborasi adalah proses
penambahan rincian sehingga informasi baru akan lebih bermakna, oleh karena itu
membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian, strategi ini membantu
pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang
dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dan apa yang
telah diketahui, strategi ini menggunakan skemata yang telah ada di otak untuk
membuat informasi baru mudah diingat atau dipelajari, strategi ini meliputi :
1. Pembuat catatan
Kiewra
(1989) telah menerangkan penggunaan pembuat catatan secara matriks sebagai
suatu cara pengelaborasian dan pembuatan perbandingan untuk informasi kompleks.
2. Pengggunaan Analogi
Analogi
adalah perbandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara ciri – ciri
pokok sesuatu benda atau ide.
Menurut (Thomas &
Robinson, 1972), Preview (membaca selintas cepat), Question (bertanya), Read
(membaca), Reflect (refleksi), Recite (Tanya jawab sendiri) dan review
(mengulang secara keseluruhan)
- Strategi Organisasi
Strategi
organisasi dapat terdiri dari pengelompokkan ulang ide – ide atau istilah –
istilah itu menjadi subjek yang lebih kecil, strategi ini meliputi :
1.
Outlining
Dalam strategi ini siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama.
Dalam strategi ini siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama.
2.
Mapping
Mapping adalah pembuatan peta konsep dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain, (george posner dan alam rubinsky, 1985).
Mapping adalah pembuatan peta konsep dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain, (george posner dan alam rubinsky, 1985).
3.
Mnemonics
Mnemonics membentuk satu strategi khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai salah satu strategi elaborasi atau organisasi, tujuannya untuk membantu ingatan sehingga dapat mengingat dengan seksama dan cermat, stretegi ini meliputi;
Mnemonics membentuk satu strategi khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai salah satu strategi elaborasi atau organisasi, tujuannya untuk membantu ingatan sehingga dapat mengingat dengan seksama dan cermat, stretegi ini meliputi;
§
Chunking atau
pemotongan
Strategi ini digunakan karena memori kita terbatas terhadap hal – hal yang panjang sehingga perlu kita ambi kata kunci utnuk kita masukkan dalam memori.
Strategi ini digunakan karena memori kita terbatas terhadap hal – hal yang panjang sehingga perlu kita ambi kata kunci utnuk kita masukkan dalam memori.
§
Akronim
Pengambilan huruf yang mewakili dari suatu objek yang ingin kita hafal.
Pengambilan huruf yang mewakili dari suatu objek yang ingin kita hafal.
§
Kata berkait atau link word
Strategi ini mengajari siswa bagaimana menciptakan gambaran mental yang mengkaitkan suatu kata Inggris yang telah dikenal dengan kata bahasa asing yang belum dikenal.
Strategi ini mengajari siswa bagaimana menciptakan gambaran mental yang mengkaitkan suatu kata Inggris yang telah dikenal dengan kata bahasa asing yang belum dikenal.
C.
Laporan
Observasi “Strategi Belajar Efektif Siswa SMPN 4 Malang Pada Mata Pelajaran
Ekonomi”.
Setiap individu atau siswa – siswi di
sekolah pasti mempunyai cara, gaya, ataupun strategi belajar masing-masing, dan
diantaranya pasti ada individu yang satu dengan individu yang lain ada
yang berbeda. Ada siswa yang belajar
dengan gaya auditori, visual, kinestetik, dan lain sebagainya. Setiap individu
mempunyai caranya masing-masing dalam menyerap suatu informasi ataupun
pengetahuan. Apabila individu tersebut tidak mengetahui cara belajar yang
efektif dan cocok terhadap dirinya, pasti individu tersebut akan kebingungan
dalam proses belajarnya, jadi kesimpulannya strategi belajar masing-masing
individu akan menentukan mampu atau tidaknya remaja SMP dapat menyerap suatu
informasi atau pengetahuan dengan baik dan benar.
Peneliti akan mengawali pembahasan ini
dengan pemaparan narasumber yang peneliti wawancarai. Peneliti mengambil contoh 2 siswa dari SMPN 4 Malang
untuk diwawancarai mengenai strategi belajar yang mereka gunakan dan bagaimana
cara belajar mereka dalam mata pelajaran Ekonomi. Mereka
adalah
murid dari sekolah SMPN 4
Malang yang duduk di bangku kelas 7.
Berikut ini
adalah paparan atau tanggapan 2 diantara semua murid siswa SMPN 4 Malang yang
kami wawancarai mengenai pelajaran ekonomi :
-
Moch.
Faizal Nursamsi kelas VII-C :
Siswa pertama yang peneliti wawancarai ini mempunyai
tanggapan tentang pelajaran ekonomi yaitu sangat menyenangkan, terutama
menurutnya di sekolahnya (SMPN 4 Malang).
Siswa ini cenderung termasuk dalam tipe strategi
belajar yang kinestetik. Di lihat dari identifikasinya, ia lebih suka belajar
dengan cara praktek dan dengan begitu ia dapat menangkap informasi dengan baik.
Serta menurutnya, praktek itu lebih menyenangkan dari pada kebanyakkan materi
yang diberikan oleh guru seperti soal-soal tertulis. Di lain sisi, siswa ini
juga termasuk kedalam tipe auditori. Ia biasa belajar sambil mendengarkan
musik.
-
Cornelius
siswa kelas VII-C :
Siswa kedua yang peneliti wawancarai ini mempunyai
tanggapan tentang pelajaran ekonomi yaitu sangat menyenangkan dan menarik,
dikarenakan ekonomi itu terealisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam strategi belajarnya, siswa ini masuk dalam gaya
belajar yang lebih suka dengan cara melihat, karena dengan begitu ia dapat
menyerap informasi dengan baik. Namun ia juga bisa termasuk dalam gaya belajar
yang Abstract Random (AR), karena ia mudah terganggu belajarnya pada saat ia
berada di langkungan yang ramai atau keributan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari hasil observasi, dapat di simpulkan bahwa gaya belajar
dari dua siswa
dari SMPN 4 Malang tersebut banyak
kesamaannya, walaupun ada sedikit perbedaan ragamnya, setelah mereka
menjawab dari pertanyaan yang merupakan ciri-ciri dari masing-masing gaya
belajar siswa yaitu auditory, kinestethic
maupun abstract random, nmun kebanyakan dari mereka Multi Learning
Style yakni mempunyai lebih
dari satu tipe gaya belajar. Setiap orang berpotensial memiliki tipe belajar
multi learning style
tergantung bagaimana semua indera yang seseorang tersebut miliki
untuk dilatih. Pada dasaranya dengan multi
learning style
seseorang dapat menerima proses belajar dalam kondisi dengan cara beradaptasi
terhadap model pembelajarannya. Memaksimalkan gaya belajar yang dimiliki dengan
cara belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing akan membuat seseorang
dapat ,memperoleh prestasi belajar yang baik.
Auditori (belajar dengan
cara mendengar)
Ciri-ciri gaya
belajar auditori :
-
Saat bekerja suka bicaa kepada diri
sendiri
-
Penampilan rapi
-
Mudah terganggu oleh keributan
-
Belajar dengan mendengarkan dan mengingat
apa yang didiskusikan dari
pada
yang dilihat
-
Senang membaca dengan keras dan
mendengarkan
-
Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan
tulisan di buku ketika
membaca
-
Biasanya ia pembicara yang fasih
-
Lebih pandai mengeja dengan keras daripada
menuliskannya
-
Lebih suka gurauan lisan daripada membaca
komik
-
Mempunyai masalah dengan
pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
-
Berbicara dalam irama yang terpola
Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja
dan menyentuh)
Ciri-ciri gaya
belajar kinestetik :
-
Berbicara perlahan
-
Penampilan rapi
-
Tidak terlalu mudah terganggu dengan
situasi keributan
-
Belajar melalui memanipulasi dan praktek
-
Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
-
Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika
membaca
-
Merasa kesulitan untuk menulis tetapi
hebat dalam bercerita
-
Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan
aksi dengan gerakan
tubuh saat membaca
-
Menyukai permainan yang menyibukkan
-
Tidak dapat mengingat geografi, kecuali
jika mereka memang pernah
berada di tempat itu
-
Menyentuh orang untuk mendapatkan
perhatian mereka Menggunakan
kata-kata yang mengandung aksi
Abstract Random (AR)
-
Segala sesuatu sering
kali dihubungkan dengan perasaan dan emosi
-
Mereka terkenal sangat
sensitive
-
Suka belajar sendirian.
B.
SARAN
Peneliti
mempunyai beberapa saran yang diharapkan dapat membangun dan mendukung
peningkatan kualitas pembelajaran Ekonomi agar sesuai dengan masing-masing gaya
belajar siswa di SMP Negeri 4 Malang ada khususnya dan seluruh lembaga
pendidikan pada umumnya, di antaranya adalah :
a) Dalam setiap pembelajaran perlu adanya
strategi pembelajaran yang sesuai supaya suasana dalam belajar jadi hidup,
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu dengan cara mengetahui
dan memahami gaya belajar masing-masing siswanya.
b) Guru mata pelajaran Ekonomi disarankan
melaksanakan strategi pembelajaran yang bervariasi, karena selain siswa tidak kesulitan
menguasai materi, siswa juga menjalani prosesnya sesuai dengan gaya belajar
yang dimilikinya.
c) Lebih
melengkapi fasilitas dan sarana pembelajaran yang ada di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Aka, Hawari.2012. “Guru Yang Berkarakter Kuat”. Jogjakarta
: Laksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar